Renungan GKE

Minggu, 27 Januari 2019

ADAKAH TEMPAT BAGI YESUS DI HATIMU?



Lukas 4:21-30

Yesus pulang kampung. Menurut versi Injil Lukas, hal itu terjadi tidak lama berselang setelah Dia berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun. Kenapa Yesus pulang kampung? Apakah untuk berlibur? Piknik atau cuti? Oh, tidak! Tapi untuk apa? Tidak kebetulan Yesus pulang kampung. Pada ayat 14 sebelumnya dikatakan, Dia dalam kuasa Roh. Itu artinya ada hal yang khusus, ada sesuatu yang penting harus dilakukan dalam rangka misi Allah tentu saja. Misi Allah tersebut adalah kabar baik, memulihkan serta mengangkat harkat martabat manusia dari keterpurukannya karena kuasa dosa.

Dalam rangka melakukan perjalan pulang, Yesus melintasi daerah Galilea yang luas. Dalam perjalanan itu tentu juga melintasi daerah-daerah lain, seperti Samaria, Tirus dan Sidon, wilayah orang-orang yang dianggap kafir. Yesus menggenapkan apa yang telah dalam kitab nabi Yesaya (Bdk. Ay.18-19). Yesus mengajar dari satu tempat ke tempat lain. Mereka menyambutnya dengan sukacita. Memuji Dia atas apa yang Allah perbuat untuk mereka (Bdk.Psl.10:13-15; Mat.11:20-23).

Lalu bagaimana dengan yang di kampung halaman-Nya sendiri? Di Nazaret? Rupanya ini berbeda. Pada awalnya mereka memang kagum atas ajaran Yesus. Namun itu hanya sebatas kagum, tak merobah hati mereka untuk bertobat. Pada akhir kisah seperti yang dituturkan dalam kitab, mereka menolak Dia. Tidak ada tempat bagi Yesus di hati mereka. Hati mereka lebih keras dari batu. Sombong, angkuh, curiga, meremehkan bahkan berusaha untuk membunuh-Nya (Ay.28-29).

Mereka sulit menerima Yesus sebagai juruselamat yang berasal dari Allah, karena sejak dalam kandungan, lahir, bahkan hingga dewasa, ajaran Taurat menjadi darah daging mereka, bahwa “tiada tuhan selain Allah”. Allah hanya ada di sorga, tidak mungkin jadi manusia compang camping. Sementara Yesus menyatakan diri-Nya yang diurapi, berasal dari Allah, bagi mereka itu pelanggaran terhadap Hukum Taurat, menyekutukan Allah.Terlebih, Yesus tidak membuat mujizat di hadapan mereka, tetapi malah menempelak, menelanjangi dosa kedegilan hati mereka, maka yang terjadi ibarat lagu “cinta berobah jadi benci”.

Nama Yesus memang jadi momok yang menakutkan, menjadi batu sandungan bagi setan dan antek-anteknya untuk beroperasi dengan leluasa menjalankan misi kejahatannya di dunia. Karenanya tidak heran setan dengan berbagai macam cara agar manusia tidak mengakui dan mempercayai-Nya sebagai juruselamat dunia. Salah satunya dengan cara mengeraskan hati manusia. Bagaimana dengan Saudara dan saya? Apakah Yesus itu dipuji dan disembah ketika mujizat-Nya begitu kentara? Ketika segala doa-doa semua terjawab sesuai keinginan baru kita percaya? Lalu bagaimana jika tak nampak, masihkah ada tempat di hati bagi-Nya? Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar