Renungan GKE

Senin, 28 Januari 2019

MENOLAK ALLAH YANG COMPANG CAMPING



Lukas 4:21-30

Ibarat anjing terinjak ekornya, langsung reflek, sangar, ganas, langsung menggigit si pelaku yang membuatnya merasa sakit. Demikian kurang-lebih gambaran orang-orang sekampung-Nya manakala seusai Yesus mengajar di Rumah ibadah di Nazaret. Cuaca pengab, AC belum terpasang waktu itu, umat berjubel, panas dan berpeluh, menambah percepatan naik darah di ketegangan masalah.

Memang sudah ada tanda-tanda sebelumnya sejak nubuat Kitab Nabi Yesaya dibacakan-Nya. Pada ayat sebelumnya dikatakan, mata semua mereka tertuju pada-Nya seakan mengawasi setiap gerak-gerik-Nya. Namun, cara Yesus mengajar membuat orang banyak kagum akan hikmat yang dimiliki-Nya, berbeda dari para Ahli Taurat mereka. Mereka membenarkan Dia, heran atas kata-kata indah yang diucapkan-Nya (Ay.21-22a).

Rupanya ajaran Yesus yang penuh hikmat seolah belum cukup menghantarkan mereka untuk mengenal Allah yang benar, bertobat, dan menerima-Nya sebagai Juruselamat untuk membebaskan mereka dari dosa. Mereka lebih mempersoalkan masalah status-Nya yang compang camping anak si tukang kayu, bukan memahami makna serta isi pesan penting Ilahi yang diajarkan Yesus bagi mereka untuk diterima (Ay.22b).

Di sinilah titik bermula masalah terjadi. Ketika Yesus menempelak kedegilan hati mereka secara beruntun. Diawali dengan membuka tabir sikap mereka yang sombong, yang meremehkan serta memperlakukan para nabi utusan Allah sebelumnya Dia bentangkan. Secara blak-blakan Yesus mengatakan tentang apa yang ada dalam pikiran mereka, bahwa mereka juga memperlakukan-Nya dengan cara yang sama. Meremehkan kuasa dan kasih Allah yang bermurah hati kepada mereka dengan cara Allah yang kreatif dan bebas. Bukan menurut pikiran dan cara manusia mereka yang terbatas!

Yesus pun menyatakan secara blak-blakan, bahwa Dia tidak akan melakukan mujizat di tempat mereka. Yesus tahu, bahwa itu percuma, hanya akan mereka jadikan semacam sirkus tontonan! Sekedar untuk membuat mereka heran karena dilakukan oleh seorang manusia compang camping anak si tukang kayu. Bukan menjadikan mereka percaya bahwa diri-Nya adalah Allah yang kreatif untuk membebaskan mereka dari dosa!

Untuk mempertajam penjelasan tentang kekerasan hati mereka, Yesus mengungkapkan persamaannya dalam kilas balik dosa kedegilan hati nenek moyang mereka di jaman Nabi Elia. Tidak kurang kuasa mujizat Allah bekerja melalui nabi Elia, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam tahun dan enam bulan tanpa curahan hujan. Nenek moyang mereka tetap keras hati melawan Allah.

Yesus mengungkapkan, atas penolakan mereka, justru anugerah Allah dinyatakan bagi bangsa lain, seperti yang Allah nyatakan kepada seorang janda di sarfat (Ay.25-26; bdk.I Raj.17:1, 8-16). Tidak kurang, Yesus melengkapi tuturan dosa kekerasan hati nenek moyang mereka seperti di jaman Nabi Elisa. Tidak ada orang kusta di Israel yang disembuhkan selain seorang Naaman, orang Siria, dari bangsa lain yang dianggap bangsa kafir namun merendahkan diri! (Ay.27; bdk. II Raj.5:1-14).

Konsep tentang ke-Allah-an dalam Taurat tentang “tidak ada tuhan selain Allah” (bdk.Kel.20:4), yang salah mereka mengerti sejak dari kandungan, secara turun temurun, membuat mereka sulit untuk memahami Allah yang dapat berkarya secara kreatif dan bebas, bahkan yang dapat hadir secara nyata melalui manusia Yesus yang compang camping hadir di bumi. Hukum Taurat yang sebenarnya hanyalah bayangan saja dari apa yang akan digenapi oleh Yesus, justru mereka jadikan patokan standar untuk menentukan keberadaan Allah, serta menjadi standar tingkat kesucian seseorang untuk meraih sorga milik Allah.

Yesus yang memiliki nalar ilahi tahu persis apa yang ada di benak mereka hingga di kedalamannya. Dalam kemarahan ilahi, Yesus merombak total cara berpikir, konsep ke-Allah-an, cara beragama ala Taurat yang selama ini salah mereka pahami. Yang membatasi Allah dengan cara-Nya yang kreatif dan bebas. Ibarat anjing, bukan terinjak ekornya. Tetapi memang sengaja diinjak ekornya. Bukan sekali diinjak tapi berkali-kali diinjak. Dapat Anda bayangkan apa yang akan terjadi. Mereka marah. Sangat marah! Kemarahan pada Allah yang compang camping, menjadikan Anugerah Allah berpindah. Berpindah pada siapa saja yang bernyali, rendah hati dan membuka diri (Ay.28-30). Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar