Renungan GKE

Jumat, 12 Oktober 2018

ADA APA DENGAN UANG DAN HARTA KEKAYAAN HINGGA PINTU SORGA JADI SEBESAR LOBANG JARUM DAN MUSTAHIL DIMASUKI?



Pengkhotbah 5:9-10; Matius 6:21

Ada apa dengan uang dan harta kekayaan, hingga mampu memindahkan manusia yang sudah nyaris 99,9% melangkahkan kakinya memasuki pintu sorga koq jadi gagal total 100%? Yang karenanya pintu sorga yang begitu lebar dapat dibuatnya hanya menjadi sebesar lobang jarung dan sangat mustahil dimasuki, dan kini sudah dipastikan menghantarkan manusia 100% lebih cepat masuk pintu neraka?

Sebenarnya bukan pada uang atau harta kekayaan. Uang dan hartakekayaan hanyalah benda mati, netral dan tak tahu apa-apa. Uang dan harta kekayaan bukanlah benda jahat. Bahkan sangat membantu serta besar manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia. Uang dan harta kekayaan baik-baik saja. Tetapi mata dan hati manusialah yang sangat menentukan. Tidak ada niat jahat padanya atau mengendalikan manusia. Malah manusialah yang mengatur dan mengendalikannya!
Ada apa dengan mata dan hati manusia begitu dikaitkan dengan yang namanya uang dan harta kekayaan? Nah ini yang perlu kita cermati. Bila dicermati berdasarkian Firman Tuhan, maka ada dua hal yang nyaris mustahil dielakkan oleh manusia begitu berhadapan dengan yang namanya uang dan harta kekayaan.

Pertama: Ada semacam milyaran partikel roh selaput “hijau” pada mata manusia

Mata manusia, anehnya, begitu melihat yang namanya uang, maka mata manusia seantero jagad menjadi “hijau”. Bayangkan saja, bila triliunan langsung disodorkan, lengkap dengan kuci Mercy, tanpa harus bersusah-payah, mata manusia langsung jadi “hijau”. Tidak hitam, kuning, ungu, abu-abu, tapi langsung “hijau”. Setelah “hijau” otomatis jadi kalap dibuatnya. Saraf otak, seluruh sel dalam tubuh jadi keringat dingin tak karu-karuan, jadi kalap mata dibuatnya, “Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Mat.6:23).

Olehnya manusia seakan mengawang-awang antara langit dan bumi, semakin mabuk, mabuk, mabuk, dan semakin mabuk hingga lupa diri, lupa segalanya. Makin dicari, makin didapatkan eh, malah semakin tidak pernah cukup. Firman Tuhan menegaskan: “Siapa mencintai uang tidak akan pernah puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya.” (Pkh.5:9-10).

Kedua: Ada semacam partikel roh senyawa di hati manusia dengan uang dan harta kekayaan.

Di dalam hati manusia ada semacam milyaran partikel roh senyawa maknit jatuh cinta yang langsung terkoneksi, melekat erat pada uang dan harta benda dan sulit dilepaskan lagi. Hati manusia dibuatnya laksana orang mabuk cinta paling dahsyat, lebih dahsyat dari badai zsunami mana pun yang ada di dunia. Saking jatuh cintanya manusia menjadi terbius mabuk tidak ketolongan, siang dan malam, kapan saja selalu ketagihan, jauh lebih hebat dari sekedar ketagihan narkoba yang paling dahsyat yang pernah ada di dunia.

Hati, pikiran, tindakan, usaha manusia semakin tertuju padanya. Partikel senyawa roh maknit jatuh cinta pada hati manusia tersebut langsung kontak, lengket kayak maknit sulit dilepaskan begitu saja ketika berhadapan dengan yang namanya uang dan harta kekayaan. Firman Tuhan menegaskan tentang keberadaan hati manusia tersebut: “karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat.6:21). Dapat dibayangkan, betapa susahnya manusia melepaskannya begitu saja. Dia seakan dijadikan “tuhan” dalam diri manusia!

Pantas saja jika seorang lelaki yang datang pada Yesus, begitu kecewa, bersedih, manakala Yesus menguji nyalinya tentang uang dan harta kekayaan yang ada padanya, supaya dibagikan kepada orang miskin, ia tak rela. Toh itu menjadi syarat masuk sorga! (Mrk.10:22). Karena milyaran partikel roh selaput ”hijau” pada mata manusia dapat menjadikan uang dan harta kekayaan laksana “tuhan” bagi hidupnya, dan milyaran partikel roh senyawa di hati manusia laksana maknit yang melekat erat kontak dengan uang dan harta kekayaan, belum ada obat paten yang dapat menyembuhkannya. Kecuali manusia membuka hatinya untuk dipimpin oleh Roh Allah! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar