Selasa, 02 Oktober 2018
DUA ORANG SAMA-SAMA BERNAMA YESUS
Markus 15:6-15
Dalam peristiwa pengadilan Pilatus, adalah dua orang sama-sama bernama “Yesus”. Memang serupa, tapi jelas tidak sama. Yang satu adalah “Yesus Barabas” (ay.7; bdk. Matius 27:16), dan satunya lagi bernama “Yesus Kristus” (ay.10; bdk. Matius 27:17). Yang satu adalah penjahat, yang satunya lagi adalah juruselamat, alias penyelamat!
Menurut catatan Alkitab, orang yang bernama “Yesus Barabas” adalah seorang pemberontak. Tidak hanya itu, bahkan Injil Matius dengan cukup teliti mencatat nama ini dengan embel-embel seorang yang “terkenal kejahatannya”. Dia terkenal karena kejahatannya. Dia adalah seorang pemberontak. Dia juga adalah seorang pembunuh. Jadi setiap orang jangan main-main dengan yang bernama “Yesus Barabas”! (bdk.Matius 27:16).
Namun kenapa dalam peristiwa pengadilan Pilatus terjadi sesuatu yang diluar dugaan? Bukankah seharusnya “Yesus Barabas” tetap dipenjarakan dan “Yesus Kristus” yang mestinya dibebaskan? Kenapa yang terjadi justru sebaliknya? Kenapa Pilatus yang bukan orang kemarin, yang nota-bene adalah orang kuat di pemerintahan, perkasa dan dikjaya, tidak mudah terpengaruh, koq keputusannya jadi berobah hanya gara-gara teriakan orang banyak? Mestinya begitu. Tapi dalam kasus yang satu ini berbeda. Bukan kasus biasa. Dalam kasus yang satu ini Allah turut campur tangan untuk suatu tujuan yang jauh lebih mulia, yaitu dalam kontek penyelamatan umat manusia!
Dapatkah saudara bayangkan bila “Yesus Barabas” tetap dipenjarakan dan “Yesus Kristus” tidak menderita, mati dan disalibkan? Pahamkah kita bila apa yang Allah lakukan demi kasihNya kepada kita manusia, hingga “Yesus Barabas” beroleh semacam anugerah pembebasan justru melalui peristiwa korban “Yesus Kristus” yang benar-benar menyelamatkan? Melalui peristiwa pengadilan Pilatus, ada dua hal yang begitu kentara diperlihatkan.
Pertama, adalah sungguh kentara dosa manusia diperlihatkan, baik melalui para pemimpin Agama yang salah mempraktekkan cara beragama. Rasa iri hati, dengki menguak kepermukaan, tidak perduli oleh orang yang nota-bene bangga beragama. Bahkan dosa hasutan kepada orang banyak untuk mencapai tujuan. Demikian pun orang banyak yang terprovokasi, yang dipanas-panasi dengan bumbu fitnahan, semakin menjadi-jadi, tak lagi berakal sehat, laksana jadi anjing suruhan melakukan apa saja sesuai suruhan!
Tidak kurang, seorang Pilatus yang biasanya garang, digjaya, tak mudah terpengaruh, seorang negarawan sejati, tahu hukum, namun akhirnya nyalinya menjadi ciut, cuci tangan, cari aman, dan menuruti saja kemauan orang banyak hanya gara-gara massa tak terbendung. Bukankah semuanya itu menunjukkan keberdosaan kemanusiaan kita yang Allah tunjukan, untuk memperlihatkan betapa jahatnya kita manusia?
Kedua, pada peristiwa pengadilan Pilatus, di sisi lain, betapa Allah memperlihatkan kasihnya. “Yesus Kristus” adalah Raja! (ay.12; bdk.Lukas 23:2). Namun tentu saja bukan Raja dalam arti biasa, yang hanya membebaskan dari penjajahan untuk bebas dalam arti biasa. Bukan, bukan itu! Tetapi Dia adalah Raja Penyelamat, yang menyelamatkan manusia dari dosa, membebaskan manusia dari maut yang tidak mungkin dapat diatasi oleh manusia. Kecuali oleh Yesus sendiri melalui cara yang ditetapkan oleh Allah sendiri, dengan menggunakan sampel konsep korban universal yang berlaku bagi semua manusia.
Dalam peristiwa pengadilan Pilatus, terjadi peristiwa dimana “kasih Allah” bertabrakan dengan “dosa manusia” nyata-nyata diperlihatkan. Cermin hati dan tindakan Allah yang Maha bijaksana, sungguh kentara bedanya dengan cermin hati dan perbuatan manusia dosa menohok tajam hingga detail-detailnya!
Dalam peristiwa pengadilan Pilatus, sadarkah kita akan apa yang Allah lakukan untuk kita? Sadarkah kita bahwa hati, sikap, perbuatan serta tindakan para imam-iman kepala, tua-tua, dan ahli-ahli taurat, Mahkamah Agama adalah gambaran dosa kemunafikan kita sebagai orang beragama? Sadarkah kita bahwa sikap iri hati, dengki, provokasi, fitnah seperti yang mereka perlihatkan adalah cerminan keberdosaan yang sering kita sembunyikan, bila saat yang tepat akan kita munculkan? Sadarkah kita bahwa “Yesus Barabas” yang bebas adalah gambaran diri kita?
Dosa yang ada pada diri setiap manusia (termasuk kita) sungguh mematikan. Secara jujur, rasa-rasanya tidak mungkin ada satu pun di antara kita dapat menyelesaikannya. Apalagi boro-boro mau masuk sorga hanya mengandalkan jasa perbuatan baik kita. Namun Allah telah menyelesaikannya secara sempurna. Sebagai “Yesus Barabas” sang pendosa kita telah dibebaskan oleh “Yesus Kristus” sang pembebas! Karenanya, tidak ada yang lebih baik kita lakukan dalam hidup ini, selain ucapan syukur kepada Dia yang sungguh Agung, atas kasihNya yang begitu besar bagi kita. Terpujilah nama Yesus dari kekal sampai kekal. Amin!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar