Renungan GKE

Jumat, 12 Oktober 2018

MENJADI YANG TERDAHULU MEMASUKI PINTU SORGA



Markus 10:17-31

Memasuki pintu sorga tentu beda dengan orang memasuki pintu pesawat umpama, tinggal perlihatkan tiket, lalu bereslah sudah. Atau memasuki suatu negara lain, tinggal perlihatkan paspor, maka selesaikah sudah. Tinggal seenaknya melenggang masuk. Apakah memasuki pintu sorga itu teramat susah? Bisa sangat susah bisa sangat mudah. Bisa sangat susah, bila salah-salah, pintunya bisa sempit dan teramat sempit hingga laksana lobang jarum yang mustahil dimasuki bila tak tahu cara memasukinya. Bisa teramat mudah, karena tidak ada yang mustahil bagi Allah!

Tentang soal masuk sorga, Firman Allah sendiri menegaskan: “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu” (Ay.31). Kenapa bisa terjadi demikian? Kenapa ada orang (bahkan banyak) yang sudah cukup lama beragama atau menjadi Kristen, koq malah menjadi yang terakhir, dan ada juga orang yang baru kemarin tapi malah menjadi yang terdahulu?

1. Bila caranya salah. Mengira bahwa masuk sorga dapat dengan cara mempiutangi Allah dengan Amal saleh ritus agama. Dengan harapan bahwa Allah semakin bermurah hati, lalu otomatis membukakan pintu sorga. Yang diimani bukanlah Tuhan, tetapi perbuatan. Berhitung perbuatan, tukar guling dengan kemuliaan Sorga! Dia tidak tahu bahwa kemuliaan Sorga adalah Anugerah Allah semata.

2. Bila menuhani “mammon” melebihi ketaatannya kepada Tuhan. “Mammon” (uang dan harta kekayaan) menjadi semacam “tuhan” bagi hidupnya. Rela mengorbankan apa saja, melakukan apa saja, berapa pun besarnya biaya demi mammon yang menjadi tujuan. Tetapi tidak untuk kemuliaan nama Tuhan. Bagi Tuhan, hanya umpan dengan recehan, tapi mengharapkan besarnya pahala Sorga!

3. Bila imannya tidak berbuah. Apa yang dilakukan dalam ritus Agama, hanyalah ritus agama yang mandul, mati tak berdampak apa-apa, terlebih bagi lingkungan dan sesama manusia. Kejahatan terus berlangsung di mana-mana, ketidakadilan merajalela, penderitaan dan kelaparan di hadapan matanya. Tapi dia adem ayem saja. Asyik sendiri menaikan doa-kosong seadanya, berpuji Tuhan dengan cara yang memukau luarbiasa pada Allah yang Perkasa sebagai kekasih jiwanya, bukan untuk Tuhan kekasih jiwa semua umat manusia!

4. Bila tidak tahan uji. Dalam berbagai tantangan, ketika berbagai bentuk peneritaan, penganiaayaan karena iman pada Yesus Kristus, menjadi undur, laksana seorang prajurid yang lari terbirit-birit dan menyerah. Malah-malah jadi pengkhianat. Menjadi bulan-bulanan kemajuan jaman, menjadi serupa dengan dunia, tak ada ciri-ciri sebagai anak terang. Suam-suam kuku, redup dan mati, yang nampak hanyalah kegelapan yang sama dengan gelapnya dunia.

Sebagai anak-anak Tuhan, apalagi orang yang telah lebih dahulu mengenal kasih karunia Anugerah Allah telah diterima, tidak seharusnya justru menjadi orang yang terkemudian, apalagi malah-malah menjadi orang yang gagal masuk sorga. Menghadapi berbagai tantangan arus jaman yang dahsyat seperti di era sekarang ini, cara hidup beriman yang setengah-setengah, adalah pertanda batu uji yang dihadapi. Kalau ingin mengenal di mana kita di sisi Allah, lihatlah dimana Allah dalam diri kita. Jadilah orang yang terdahulu, dan tetap menjadi orang yang terdahulu hingga memasuki pintu sorga! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar