Renungan GKE

Selasa, 02 Oktober 2018

BUKA MATAMU, PASANG TELINGAMU!



Markus 8:14-21

Laksana pukulan cambuk bermata paku pada punggung keledai dungu, lamban dan bodoh, demikian Yesus menyentak lamunan indah para murid yang mungkin kala itu sedang memandang camar bercinta lalu-lalang di atas perahu mereka di danau Galiela yang mereka arungi. Yesus menjitak lamunan mereka dengan peringatan keras agar tersadar akan bahaya besar yang sedang mengancam mereka, yang Yesus istilahkan dengan “ragi Farisi dan “ragi Herodes”. Dasar keledai dungu, lamban dan bodoh, mereka tak jua mengerti apa yang Yesus maksudkan. Malah mereka mengira Yesus sedang menyindir mereka karena lupa membawa perbekalan dan hanya membawa sebiji roti saja (Ay.14-16).

Bagi para murid, mujizat yang Yesus lakukan tidak begitu lama berselang sebelumnya, tentang lima roti dan dua ikan hingga mampu memberi makan lebih dari 5000-an orang seolah tak membekas sama sekali di hati mereka. Tentang kedunguan, kelambanan dan kebodohan para murid, Yesus gambarkan layaknya orang punya mata tapi tak mampu melihat, punya telinga tapi tak mampu mendengar, punyai otak untuk bernalar namun tak mampu mengerti, memiliki hati namun tak mampu menangkap makna! (Ay.17).

Penglihatan mereka tak ubahnya kayak mata badak, hanya tubuhnya bongsor tapi penglihatannya terkenal paling buruk di dunia, yang tak bisa membedakan antara mana pohon dan mana yang manusia. Demikian pun, pendengaran mereka ibarat satwa bunglon yang tertutup gendang telinganya. Waspadalah, dua kubu pemangsa besar laksana predator berbahaya ada di sekelilingmu. Para Farisi munafik atas nama hukum agama, serta para kelompok Herodian penguasa politik tengik haus darah memasang perangkap beracun mematikan sedang mengintaimu! Butakah engkau? Tulikah engkau? Degil hatikah engkau?! (Ay.18).

Yesus yang memiliki kepekaan Ilahi tahu persis apa sekiranya yang akan dihadapi para murid. Yesus tidak menghendaki para murid yang walaupun sekelompok kecil dan lemah jadi cacing hina kepanasan bila berhadapan dengan para predator pemangsa. Yesus membenahi mereka dengan stategi jiitu agar para murid memiliki ketajaman penglihatan, kepekaan pendengaran, serta kemantapan hati nurani untuk lolos dari perangkap besar para predator beracun dan mematikan! (Ay.19).

Buka matamu, pasang telingamu! Miliki penglihatan bak burung hantu, hingga mampu melihat di kegelapan sekalipun, hingga mampu mendeteksi setiap pergerakan para predator yang mematikan! Buka telingamu! Miliki kepekaan pendengaran laksana ngengat, satwa dengan pendengaran luar biasa yang pernah ada di dunia, hingga 150 kali lebih baik dari pendengaran manusia. Kepekaan pendengaran yang bisa segera menghindar saat ada kelelawar atau pemangsa lainnya yang akan memangsanya.

Peringatan Yesus kepada para murid tentang “ragi Farisi” bukan mengada-ada! Itu teramat nyata! Baru saja Yesus bersoal jawab dengan orang-orang Farisi, para degil hati, para kelompok beragama sombong yang menjadikan taurat dalam penafsiran mereka sendiri dan pemutar balik fakta. Kelompok munafik yang hanya bangga pada seremonial agama. Ajaran mereka busuk kayak “ragi” yang merusak seluruh adonan yang ada. Menjadikan kemurnian Taurat terkontaminasi oleh jamur beracun yang mematikan! Buka matamu, pasang telingamu! (Ay.20).

Peringatan Yesus kepada para murid tentang “ragi Herodes” bukan rekayasa! Kelompok herodian adalah penguasa politik yang buas, penguasa rakus. Yang siap membantai siapa saja yang dianggapnya saingan atau musuh. Herodes adalah tipe pemimpin yang mudah panas, mudah mengobar janji, kurang teliti dan yang begitu mudahnya diperalat oleh kepentingan lain, oleh bisikan orang yang ada di belakangnya. Bagi Yesus, pembunuhan Yohanes pembabtis pada peristiwa sebelumnya bukanlah sesuatu yang tanpa makna. Cepat atau lambat, para murid adalah incaran berikutnya! Dan memang kita tahu apa yang Yesus nyatakan, ternyata terbukti di kemudian hari, secara bahasa politik, penyaliban Yesus tidak lepas dari andil besar pemimpin tengik si Herodes!

Di perahu melintasi danau Galilea, para murid bukan dibawa untuk mengasingkan diri dari kebisingan dunia supaya jadi katak dibawah tempurung. Bukan juga maksudnya sekedar piknik atau tour rohani tanpa makna, sekedar menyaksikan sekumpulan burung camar beterbangan lalu-lalang bercinta sembari berbagi remah-remah roti di angkasa. Atau bukan pula sekedar ber-Halleluya puji Tuhan, nikmat-nikmat rohani semata. Tetapi secara khusus dan serius mempersiapkan mereka, agar begitu perahu sudah merapat dan tertambat di darat, para murid sudah memiliki penglihatan dan kepekaan atas bahaya yang ada di sekeliling mereka. Waspadalah, karena siapa tahu “ragi Farisi” dan “ragi Herodes” sudah duduk sebangku di perahu gerejamu, ikut menyamar di berbagai kegiatan hari besar perayaanmu, atau berbaur dan mulai meracuni generasi mudamu! Miliki kepekaan itu. Buka matamu, pasang telingamu! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar