Renungan GKE

Selasa, 02 Oktober 2018

BUTAKAH ENGKAU? TULIKAH ENGKAU? DEGIL HATIKAH ENGKAU?



Markus 8:14-21

Ada pepatah: "Punya mata tapi tidak melihat, punya telinga tapi tidak mendengar". Bukankah orang yang punya mata seharusnya melihat (kecuali orang buta)?, dan bukankah orang yang punya telinga seharusnya mendengar (kecuali orang tuli)? Kenapa tidak melihat padahal punya mata? Kenapa tidak mendengar padahal punya telinga? Ada satu virus penghalang, "kedegilan hati" namanya.

Kedegilan hati, virus penghalang, menjadikan orang melihat tapi tidak melihat. Waktu melihat tapi pikirannya melayang ke tempat lain sehingga tidak fokus pada apa yang dilihat. Bisa jadi pula, karena menganggap apa yang dilihat tidak penting, jadi tidak sungguh-sungguh melihat. Tak mau tahu tentang apa yang dilihat. Atau melihat sambil lalu istilahnya, "kedegilan hati" lalu menghapusnya!

Kedegilan hati, menjadikan orang mendengar tapi tidak mendengar. Memang mendengar, tapi tidak serius mendengar. Atau menganggap tidak penting apa yang didengar, sehingga mendengar sambil lalu saja. Atau memang tidak mau tau tentang apa yang didengar, dan "kedegilan hati" segera memblokirnya!

Persoalannya. Mata, tidak hanya cukup asal melihat. karena anda tak akan mungkin dapat melihat di kegelapan pekat. Atau di balik gunung yang di sebelah sana. Telinga, tidak hanya cukup asal mendengar. karena tidak mungkin Anda dapat mendengar ribuan kilometer di seberang lautan sana. Harus ada alat tambahan, bernama "kepekaan". Kepekaan untuk melihat. Kepekaan untuk mendengar.

Kepekaanlah yang memungkinkan orang dapat membaca tulisan yang tidak tertulis, mendengar suara yang tak diperdengar. Kepekaanlah yang memungkinkan orang dapat membaca tulisan yang tak terlihat, apakah tulisan ancaman atau tulisan undangan untuk menerima rupiah jutaan. Kepekaanlah yang memampukan orang dapat mendengar nada lagu yang tak diperdengarkan, entah nada ancaman, rintihan memohon pengasihan, atau suara pelatuk pistol yang sedang diarahkan di balik layar reklame menawan!

Para murid, sama seperti kita. Memang punya mata. Masalahnya mereka tidak memiliki kepekaan pelihat sehingga tak bisa melihat makna dibalik lima roti dan dua ikan hingga jadi banyak. Tak bisa melihat siapa sesungguhnya Yesus di balik peristiwa. Tak bisa melihat mana ragi yang baik dan mana ragi beracun yang mematikan, karena kedegilan hati mengarahkannya kepada roti kepentingan dan kebutuhan!

Para murid, sama seperti kita. Memang punya telinga. Masalahnya mereka tak bisa mendengar hasil kesepakatan sidang rahasia di ruang hati komplotan Herodes bersama para konco-konconya yang sedang memasang perangkap. Juga tak bisa mendengar asahan pedang serta tombak rahasia yang akan diarahkan kepada mereka di balik niat jahat!

Tanpa kepekaan. Mungkin anda membaca jejeran banyak versi Alkitab. Walau tulisannya terbaca jelas, namun anda pasti tak akan bisa membaca mana versi nama "Tuhan" yang benar berasal dari tulisan Tuhan dan mana yang berasal dari tulisan setan!

Tanpa kepekaan. Mungkin anda mendengar dengan baik tentang berbagai dogma ajaran kebenaran dari berbagai versi penafsiran di berbagai kegiatan. Tapi yang pasti, anda tak akan pernah bisa membedakan, mana ajaran kebenaran yang berasal dari kemurnian menuju kehidupan, mana ajaran palsu yang mengandung "ragi" kebusukan, beracun, dan mematikan! Butakah engkau? Tulikah engkau? Degil hatikah engkau? Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar