Keluaran 6:1-12
Musa diangkat oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dari tanah perbudakan. Tugas ini adalah suatu tugas yang berat. Dikatakan suatu tugas yang berat, karena untuk tugas itu semua dimulai dari nol. Ibarat pemerintahan, belum ada kabinet yang dibentuk. Dana pun satu sen pun tak ada. Program belum dibuat. Dan celakanya, Musa sendiri hanya mengandalkan mandat lisan dari Tuhan, tanpa surat pegangan. Dapat Anda bayangkan. Demikian pun ia harus menyampaikan amanat dari Tuhan kepada Firaun sendiri untuk maksud tujuan pembebasan tak bersyarat tersebut. Oh…oh..oh…!
Lalu apa hasilnya? Dapat Anda duga. Bangsa itu tak mau mendengarkannya (ay. Demikian pun sang Firaun yang nota bene sang penguasa, tentu tidak begitu saja melepaskan bangsa Israel. Karena bila melepaskannya begitu saja, kerugian besar akibatnya. Tak ada lagi para budak murahan yang dapat dipekerjakan untuk membangun kota. Untuk Mesir tentu saja. Dalam situasi yang demikian, selaku manusia, Musa sadar akan ketidakmungkinan itu. Karenanya ia mengajukan semacam penolakan untuk tugas demikian.
Alasannya? Ya, apalagi kalau bukan SK harus ada di tangan. Itu biasanya yang harus ada. Sebab bila tidak, siapa yang percaya? Namun itu tak dimiliki oleh Musa. Demikian pun untuk tugas semacam ini haruslah orang yang mempunyai kemampuan berdiplomasi yang mafan. Sedangkan Musa? Akh, jangankan berdiplomasi, ngomong pun susah! (Bdk.pasal.4:10). Saudara, alasan Musa tentu tidaklah salah. Mana mungkin orang yang susah bicara koq bisa-bisanya jadi pemimpin? Bukankah biasanya tofel penguasaan bahasa menjadi salah satu syarat penting, dan itu juga yang sering menjadi pertimbangan?
Kisah yang menarik memang, bagaimana Tuhan memilih seseorang untuk suatu tugas panggilan. Apakah Allah salah pilih? Kenapa harus orang semacam Musa yang Allah pilih? Ini perlu kita cermati! Karena tidak jarang barangkali kita juga bersentuhan dengan soal-soal semacam ini. Baik dalam lingkungan keluarga, di gereja, atau dalam tugas-tugas di pemerintahan dan masyarakat! Cara Tuhan memang unik. Tentu Allah tahu persis sampai ke akar-akarnya siapa yang layak dan siapa yang tidak! Allah tidak pernah gagal dalam rancangannya.
Saudara, banyak hal yang dapat dikeluhkan oleh banyak orang di dunia ini karena merasa segala cacat dan kekurangan yang ada pada dirinya. Banyak orang merasa pesimis tentang sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin untuk dilaksanakan. Hanya satu hal yang sering orang lupakan, bahwa bagi Allah tak ada yang mustahil. Itu terbukti bila kita membaca secara keseluruhan kisah tentang Musa. Akhirnya menjadi pemimpin besar sesuai dengan rencana Tuhan. Ya, Tuhan tak pernah gagal dalam segala rencana-Nya. Itulah yang harus kita yakini. Itulah yang menginspirasi kita terus mengharapkan kemurahan dan kebaikan Tuhan, yang kita hayati pada minggu-minggu Adventus ini.
Saudara, berhentilah mengeluh akan banyak hal dalam hidup ini. Berhentilah hanya menangisi segala kekurangan diri yang ada. Tuhan juga pasti punya rencana bagi hidup Anda dan saya. Jangan kira pahit getir yang dialami dalam mengarungi kehidupan ini tak punya makna apa-apa. Harap Anda tahu, Allah punya rencana yang indah bagi setiap orang. Juga bagi Anda! Allah tidak memerlukan alasan kekurangan ini dan itu dari kita. yang Allah butuhkan hanyalah sikap kita. Ya, sikap yang tidak mendua hati atau setengah-setengah. Tetapi sungguh-sungguh hanya mengandalkan-Nya saja. Secara utuh dan menyeluruh! Amin!
Pdt.Kristinus Unting, M.Div
Tidak ada komentar:
Posting Komentar