Renungan GKE

Kamis, 02 April 2015

CARA BERIBADAH YANG DIBERKATI


Lukas 13:10-17

Ibadah, adalah hal penting yang harus dilaksanakan oleh setiap orang beriman, sebagai bukti yang kelihatan bahwa seseorang menyatakan sikap taat, dan hormat kepada Allah yang ia muliakan. Melalui ibadah kita memuji akan kebesaran Tuhan. Melalui ibadah rasa syukur kita ungkapkan. Melalui ibadah juga permohonan ampun atas dosa-dosa kita sebutkan. Tidak ketinggalan segala pinta kita panjatkan, bahkan nilai-nilai persekutuan kita nampakkan! Dalam perintah ke-4 hukum Taurat yang tercatat dalam Alkitab, secara jelas Allah sendiri yang memerintahkan: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ke tujuh adalah hari Sabat TUHAN Allahmu.....” (Kel. 20:8-11).

Ibadah memang penting. Janganlah kita meremehkan dan melalaikan arti sebuah ibadah! Hanya masalahnya, cukupkan ibadah yang hanya bersifat seremonial saja? Dan memang, tidak jarang orang hanya menjadikan ibadah yang seremonial menjadi satu-satunya bentuk yang paling berkenan kepada Allah. Tidak jarang pula orang terjerumus hanya pada soal bentuk ibadah yang seremonial. Ya, hanya sebatas yang seremonial. Tidak kurang dan tidak lebih. Lalu ketika dalam kehidupan nyata keseharian dalam kehidupan sosial? Di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat berbagai aktivitas kehidupan? Atau di berbagai keprihatinan kehidupan yang memerlukan uluran tangan? Kepada orang-orang yang menderita, yang sakit, yang menjadi korban ketidakadilan, dan di berbagai bentuk permasalahan kehidupan? Nah...nah...nah... ibadah hanya tertinggal di balik tembok rumah-rumah suci tempat ibadah kita!

Dalam kehidupan nyata, tidak jarang orang meninggalkan gerejanya mencari gereja lain hanya mencari bentuk ibadah yang seremonial sebagai klaim ibadah yang benar. Itu tidak salah. Hanya masalahnya bila tidak berbuah dalam kehidupan kasih yang ditunjukkan kepada sesama? Bayangkan seperti dalam nas ini, ada seorang perempuan yang menderita selama delapan belas tahun sakit. Badannya sampai menjadi bungkuk karena dirasuk setan, yang juga ada bersama-sama beribadah dengan mereka (ay.11). Namun mereka hanya asyik beribadah dalam kesucian diri secara khusuk tetapi tanpa mau perduli dengan sesama. Ya, menjadi ibadah yang tidak menjadi berkat bagi orang lain. Ini yang ditentang Yesus.

Ibadah yang hanya sebatas “ibadah seremonial” tanpa berbuah menjadi sebuah “ibadah kehidupan” nyata sehari-hari adalah ibadah yang tak berguna. Yesus mengecam orang-orang yang hanya taat pada ibadah seremonial. Ibadah yang tidak dipraktekkan dalam kasih kepada sesama. Sikap orang-orang yang demikian disebut yesus sebagai sikap orang munafik! (ay.15). Jadilah orang-orang yang menghargai ibadah dan rajin beribadah, sebagai bukti bahwa kita sungguh taat, hormat kepada Allah. Tetapi jadilah juga orang-orang beribadah yang berdampak positif bagi sesama, sebagai perpanjangan saluran berkat Tuhan yang kita nyatakan bagi saudara-saudara kita yang menderita dan yang sangat membutuhkan pertolongan! AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar