Ayub 9:21-35
“Penderitaan” adalah sebuah kata yang pada umumnya dihindari semua manusia. Semua orang ingin hidup senang, sejahtera, aman tanpa melewati kesukaran. Ada banyak orang yang beranggapan bahwa kalau kita menjadi orang kristen yang sungguh-sungguh, maka Tuhan akan menolong dan memberkati kita dalam segala hal, baik dalam kesehatan, keuangan, pekerjaan, study, dsb, sehingga jalan kita menjadi mulus dan enak! Ajaran seperti itu jelas bertentangan dengan Kitab Suci. Tetapi suka atau tidak, yang namanya kesukaran dan ujian hidup pasti dialami setiap orang.
Tuhan memang
menolong kita. Tuhan pasti menolong kita! Hanya masalahnya Tuhan tidak
ingin kita bermanja-manja. Tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Perlu
perjuangan, ketekunan, usaha keras. Jika kita tahu bahwa hidup ini
berat, maka sebagai orang beriman pun kita harus tahu bahwa di dalam
Tuhan adalah berkat! Terlalu fokus hanya memikirkan masalah yang kita
hadapi belum tentu masalah itu pergi begitu saja. Lalu bagaimana
solusi terbaiknya? Nah ini. Seperti sikap Ayub dalam nas ini: “Bila aku
berpikir: Aku hendak melupakan keluh kesahku, mengubah air mukaku, dan
bergembira, maka takutlah aku kepada segala kesusahanku; aku tahu, bahwa
Engkau tidak akan menganggap aku tidak bersalah.” (ay.28).
Artinya? Pertama, bahwa Allah tidak dapat dibujuk dengan usaha kita manusia yang terbatas untuk berpura-pura seolah kita adalah orang benar. Itu belum cukup. Dan tidak pernah cukup! Karena memang tidak ada seorang manusia pun yang paling benar di hadapan Allah. Kedua, andalkan Tuhan. Berpasrah sepenuhnya kepada Tuhan, “Biarlah Ia menyingkirkan pentung-Nya dari padaku, jangan aku ditimpa kegentaran terhadap Dia…” (ay.34a).
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, karena mereka akan menemukan 1001 jawaban terhadap berbagai macam persoalan kehidupan! Seburuk dan sehancur apapun perjalanan hidup kita semuanya akan selalu berakhir indah jika kita hidup dalam Tuhan. Percayalah! Amin!
(Pdt.Kristinus Unting)
Artinya? Pertama, bahwa Allah tidak dapat dibujuk dengan usaha kita manusia yang terbatas untuk berpura-pura seolah kita adalah orang benar. Itu belum cukup. Dan tidak pernah cukup! Karena memang tidak ada seorang manusia pun yang paling benar di hadapan Allah. Kedua, andalkan Tuhan. Berpasrah sepenuhnya kepada Tuhan, “Biarlah Ia menyingkirkan pentung-Nya dari padaku, jangan aku ditimpa kegentaran terhadap Dia…” (ay.34a).
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, karena mereka akan menemukan 1001 jawaban terhadap berbagai macam persoalan kehidupan! Seburuk dan sehancur apapun perjalanan hidup kita semuanya akan selalu berakhir indah jika kita hidup dalam Tuhan. Percayalah! Amin!
(Pdt.Kristinus Unting)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar