Renungan GKE

Rabu, 01 April 2015

JANGANLAH BERHENTI BERHARAP


Ayub 10:1-22

Ketika manusia menghadapi pergumulan berat, apa biasanya yang sering terjadi? Pada umumnya manusia merasa tidak sanggup. Ya, hanya tinggal meratapi nasib. Air mata terurai menyesali diri. Bahkan dampak yang lebih ekstrim ada yang mengambil kesimpulan untuk mengakhiri saja hidupnya dengan cara-cara tidak terhormat.

Lalu ketika kita sendiri ada dalam kancah persoalan kehidupan yang sama? Apakah juga akan melakukan hal yang sama? Bisa jadi. Karena kita juga adalah manusia yang punya keterbatasan. Terbatas dalam kesabaran. Dalam situasi yang berat seperti itupun bahkan Ayub sendiri mengungkapkan: “aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.” (ay.1). Hanya bedanya, Ayub tidak hanya terhenti sampai di situ! Masih ia berharap sekiranya Allah memberikan kesempatan baginya untuk menikmati kebahagiaan ini walau barang sejenak (ay.12, 20-21).

Saudara, sikap seperti ini perlu kita teladani. Sebab jika tidak, maka sia-sialah iman percaya kita yang kita agung-agungkan selama ini. Dan memang semestinya kita harus berbeda. Berbeda dari orang-orang dunia yang tidak memiliki dasar sandaran bagi hidupnya. Kita harus memiliki kelebihan “pengharapan” yang tersisa. Karena air mata saja tidak akan menghapus duka kita; menyesali diri tidak akan membuat kita berhasil; hanya keberanianlah yang bisa membawa kita untuk merubah kehidupan menuju pembaharuan. Ya, keberanian untuk terus berharap. Dan tetap berharap! Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar