Renungan GKE

Jumat, 03 April 2015

KETIKA DIA SERAHKAN ANAKNYA.....




Roma 5:8

Adalah suatu kisah yang menyayat hati. Kisah tentang seorang bapak setengah baya yang bekerja pada sebuah perusahaan kereta api. Sepintas pekerjaan ini sederhana saja, namun resiko besar dapat terjadi jika terjadi kelalaian. Nyawa banyak orang jadi taruhan. Ya, karena bapak ini hanya bertugas menarik sebuah tuas yang mengerakkan roda-roda raksasa yang saling berhubungan untuk mengangkat jembatan yang merintangi jalan kereta api itu, sehingga kereta api tersebut dapat lewat dengan selamat, dan jika jembatan tersebut tidak diangkat, maka kereta api itu akan mengalami kecelakaan yang sangat hebat.

Bapak ini mempunyai satu orang anak yang sangat dikasihinya dengan segenap jiwa. Suatu hari, sang anak mengunjunginya di tempat kerja dan ia membiarkan anaknya melihat-lihat tempat kerjanya. Sewaktu anak ini menghampiri roda-roda raksasa tersebut, tiba-tiba sang anak terpeleset dan jatuh di antara roda-roda raksasa tersebut. Malang baginya, kaki anak kecil tersebut terjepit dengan eratnya di antara gerigi roda-roda raksasa. Melihat kaki anaknya yang terjepit, sang bapak dengan serta-merta menolong melepaskan kaki anak tersayangnya dari jepitan gerigi roda-roda. Setelah berusaha sekian lama, sang bapak masih belum bisa melepaskan kaki anaknya.

Saudara tahu, sesaat kemudian, sang anak mulai menangis karena ketakutan. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar secara samar-samar suara peluit kereta api, memberi tanda agar jembatan itu harus segera diangkat. Sesaat kemudian, hati bapak ini menjadi sangat sedih dan ketakutan. Di dalam kecemasannya, dia masih berusaha melepaskan kaki anaknya, meskipun belum berhasil juga.

Tidak lama kemudian, suara peluit kereta api tersebut terdengar semakin jelas dan dekat. Hati bapak ini seketika menjadi hancur. Bapak ini mulai menangis dengan sedihnya. Di dalam hati bapak ini muncul suatu keraguan, haruskah dia mengorbankan anak satu-satunya demi menyelamatkan kereta api itu yang penumpangnya tak ada satu pun yang dia kenal? Namun, jika dia memilih untuk menyelamatkan anaknya, maka berapa jiwa yang akan melayang dengan sia-sia hanya gara-gara satu orang saja?

Sesaat kemudian, bapak ini perlahan-lahan mencium kening anaknya dengan penuh kasih sayang dan dengan hati yang hancur. Lalu bapak ini mulai berdiri dan menuju ke tuas pengangkat jembatan dengan air mata yang membasahi sampai ke bajunya. Sang bapak ini melihat sekali lagi pada anak satu-satunya itu. Sesaat kemudian, bapak ini menarik tuasnya, jatuh lemas, dan menangis sejadi-jadinya tanpa berani melihat proses kematian anaknya yang sangat tragis yang tidak pernah dibayangkan olehnya demi menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kereta api itu (tubuh anak hancur tak berbentuk, digilas kereta api). Orang-orang di kereta itu sama sekali tidak menyadari bahwa saat itu juga mereka telah bebas dari kematian yang kekal.

Saudara, Allah Bapa telah mengorbankan anakNya Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari kematian yg kekal (neraka). Dan keselamatan ini adalah anugerah buat kita. Bukan murahan tapi anugerah yg mahal. Saat ini kita diajak untuk menghargai pengorbanan Yesus. Ia telah menderita bagi kita, Ia diolok, dijadikan bagai sampah. Ia mengalami keperihan, kesakitan, akibat dosa-dosa kita. Hingga hari ini Ia ingin supaya kita beroleh keselamatan. Dia rindu agar anak-anakNya hidup dalam kelimpahan dan damai sejahtera. Selayaknya kita meneladaniNya, hidup dalam kasih dan pengorbanan. Jika saat ini kita masih hidup dalam dosa, mari datang padaNya dengan hati yang tulus untuk memohon ampun. Lalu berjanji untuk hidup dalam kebenaran, taat dan setia hingga akhirnya. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar