Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

ANTARA DOSA WARISAN DAN DOSA PERBUATAN



Yehezkiel 18:1-32

Yehezkiel bernubuat menentang para pemimpin Israel, yaitu para raja, imam dan nabi. Karena keserakahan, korupsi, dan mementingkan diri sendiri, mereka telah lalai menuntun umat Allah sebagaimana dikehendaki oleh-Nya. Mereka memeras umat itu. Rupanya banyak orang Yahudi percaya bahwa mereka dihukum karena dosa-dosa para leluhur mereka dan karena itu Allah tidak adil; mereka tidak sadar bahwa dosa-dosa mereka sendiri lebih parah daripada dosa para leluhur itu. Yehezkiel 18:20 memberitahu kita, “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya” (Yehezkiel 18:20). Ayat ini jelas menunjukkan bahwa hukuman untuk dosa seseorang ditanggung oleh orang itu sendiri.

Pasal ini mengajarkan kebenaran dasar bahwa setiap orang bertanggung jawab kepada Allah atas hidupnya sendiri, dan bahwa setiap orang yang terus-menerus berbuat dosa akan mati secara rohani dan menderita hukuman kekal. Memang ada yang ayat yang mengakibatkan sebagian orang berpikir bahwa Alkitab seolah mengajarkan hukuman dosa lintas generasi, namun penafsiran demikian tidaklah benar. Ayat yang dipertanyakan tsb. adalah Keluaran 20:5 yang dalam hubungan dengan berhala mengatakan, “Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku” (Keluaran 20:5). Sebenarnya ayat ini bukanlah mengenai hukuman, tapi mengenai konsekwensi.

Untuk hal ini, kita harus terlebih dahulu membedakan antara “dosa warisan” dan “dosa perbuatan”. Tentang “dosa warisan”, Kitab Kejadian 3 menjelaskan bahwa pemberontakan Adam dan Hawa melawan Allah dan perintah-perintahNya, sejak saat itu dosa diwariskan kepada semua generasi umat manusia dan kita, sebagai keturunan Adam, mewarisi dosa dari dia. Roma 5:12 memberitahukan bahwa melalui Adam dosa masuk ke dalam dunia dan kematian diwariskan kepada semua orang karena “upah dosa adalah maut” (Roma 6:23).

Ada sebagian orang menganggapnya bahwa “dosa warisan”sebagai hal yang tidak masuk akal. Karena kata mereka mana bisa kakek dan neneknya yang berdosa, cucu dan seluruh keturunannya terkena dosanya dan terus memikul hukuman dari dosa tersebut? Melalui Adam kecenderungan untuk berbuat dosa masuk ke dalam umat manusia dan manusia menjadi orang yang secara natur sudah berdosa. Ketika Adam berdosa naturnya diubah oleh dosa dan pemberontakannya mengakibatkan kematian secara rohani dan kejatuhan yang diwariskan pada semua yang lahir setelah dia.

Manusia menjadi orang-orang berdosa bukan karena mereka berbuat dosa, mereka berbuat dosa karena mereka adalah orang-orang berdosa. Inilah keadaan yang disebut sebagai dosa warisan. Sama seperti kita mewarisi karakteristik fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa dari Adam. Karena itu, “dosa warisan” sebenarnya adalah suatu konsekwensi. Dengan kata lain bahwa konsekwensi dosa seseorang dapat dirasakan sampai beberapa generasi kemudian. Sama seperti kita mewarisi karakteristik fisik dari orangtua kita, kita mewarisi natur dosa dari Adam. Raja Daud meratapi natur kejatuhan manusia ini dalam Mazmur 51:7 “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”

Allah memberitahu orang-orang Israel bahwa anak-anak mereka akan merasakan dampak dari generasi orangtua mereka sebagai konsekwensi alamiah ketidaktaatan dan sikap mereka yang membenci Allah. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan demikian akan mempraktekkan penyembahan berhala yang serupa, dan dengan demikian meneruskan pola ketidaktaatan yang sudah ada. Akibat dari generasi yang tidak taat adalah menanamkan kejahatan dengan begitu dalamnya sehingga akan memakan waktu beberapa generasi untuk memulihkannya. Allah tidak menuntut pertanggungjawaban kita untuk dosa-dosa orangtua kita, namun kadang kala kita menderita sebagai akibat dari dosa-dosa orangtua kita, sebagaimana yang digambarkan dalam Keluaran 20:5.

Sedangkan “dosa perbuatan”? “Dosa perbuatan” adalah dosa yang diperbuat oleh masing-masing pribadi, seperti dosa membunuh, mencuri, berzinah, dan lain sebagainya. Dosa perbuatan adalah tanggung jawab masing-masing pribadi. Dosa perbuatan seorang anak tidak akan ditanggung oleh orang tuanya. Dosa orang tuanya, tidak ditanggung oleh anaknya ataupun oleh cucunya. Hal tersebut dapat kita baca dalam Yehezkiel 18:20 : Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

Sebagian orang Israel menggunakan dalih yang sama untuk dosa-dosa mereka. Mereka mengutip amsal populer yang menimpakan kesalahan kepada para leluhur mereka (Yehezkiel 18:2). Namun, Allah menyalahkan mereka. Allah berfirman, orang baik tidak akan dihukum karena dosa anaknya yang jahat. Demikian juga anak baik tidak akan dihukum karena dosa ayahnya yang jahat. Apakah anak-anak dihukum karena dosa-dosa orangtua mereka? Anak-anak tidak dihukum untuk dosa yang dilakukan oleh orangtua mereka, demikian pula orangtua tidak dihukum untuk dosa dari anak-anak mereka. Setiap kita bertanggung jawab untuk dosa kita masing-masing.

Sebagaimana diperlihatkan dalam Yehezkiel 18:20, setiap kita bertanggungjawab untuk dosa kita masing-masing dan kita harus menanggung hukumannya. Kita tidak bisa membagikan kesalahan kita dengan orang lain, dan orang lain tidak bisa bertanggung jawab untuk itu. Hanya ada satu pengecualian pada aturan ini, dan itu berlaku untuk semua umat manusia. Satu orang menanggung dosa orang-orang lain dan membayar hukuman dosa bagi mereka sehingga orang-orang berdosa dapat menjadi benar dan suci di hadapan Allah. Orang itu adalah Yesus Kristus.

Allah mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk mengganti kesempurnaan-Nya dengan dosa kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:21). Yesus Kristus mengangkat hukuman dosa bagi mereka yang datang kepada-Nya dalam iman. Berhentilah mencari dalih bagi dosa-dosa Anda. Apakah ini karena ulah nenek/kakek atau ayah/ibu saya? Janganlah mengkambinghitamkan orang lain. Sebaliknya, akuilah kesalahan Anda kepada Allah dan terimalah pengampunan yang Dia tawarkan Itu adalah langkah pertama untuk melatih tanggung jawab pribadi Anda. Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar