Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

DI DALAM KASIH TIDAK ADA KETAKUTAN


Lukas 6:27-36

Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang. Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.

Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu. Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal!"

Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah. Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. "Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok." Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. "Apakah sakit?" tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.

Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. "Apakah sakit?" Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit." "Lalu kenapa kamu menangis?",tanya dokter itu. "Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu. Dokter itu tercengang! "Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?" Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!" Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu? " Sambil menangis anak itu berkata, "Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya!

Saudara, Allah mengajarkan umat-Nya tentang hal ini melalui karya penebusan dosa manusia yang dilakukan oleh Yesus. Kasih itu tidak sekedar kata-kata mutiara atau perbuatan yang ujung-ujungnya meminta balasan. Kasih itu murni, bahkan itu juga berbicara tentang arti sebuah pengorbanan. Kasih tidak pernah gagal! Ya, Kasih yang sempurna tidak pernah gagal karena waktu atau tidak berdaya. Kasih tidak pernah mengecewakan atau tidak bisa dipercaya.

Kasih sanggup untuk bertahan dalam tekanan dan kesukaran. Karena Allah adalah kasih, Ia mendukung dan menopang Pribadi-Nya ketika segala sesuatu diletakkan atas diri-Nya. Kasih akan melindungi, menaungi, dan menjaga dari segala sesuatu yang mengancam keselamatan sesamanya. Kasih mampu menahan diri, tenggang rasa, dan sabar dalam segala keadaan. Kasih itu bersifat ramah, murah hati, hangat, dan baik. Kasih yang murah hati dan rela menolong, simpatik dan memahami orang lain. Kasih itu penuh perhatian, lemah lembut, tenggang rasa, adil, dan bijaksana, dan hanya ingin mengusahakan kebaikan bagi orang lain. Kasih itu pemurah, menerima sesama, dan kebaikannya terpancar dalam perbuatan.

Kasih yang berasal dari Allah adalah kekal dan tidak berkesudahan. Apakah Anda hidup dalam kasih dan percaya akan kuasa Roh Kudus untuk menjadikan semua hal ini menjadi nyata? Seorang yang dipenuhi Roh Kudus otomatis akan mencerminkan sifat kasih dalam kehidupannya. Jadikanlah senantiasa kasih sebagai tujuan tertinggi dan garis akhir yang paling ingin Anda raih, seperti tertulis dalam 1 Yohanes 3:18, "Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." Jika Anda sedang berjalan dalam kasih Allah, maka Anda sedang menghayati jenis kehidupan yang paling berkuasa di dunia! AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar