Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

WASPADALAH TERHADAP KEBIJAKAN YANG TIDAK BIJAK!



2 Samuel 14:1-20

Saudara, tidak jarang dalam hidup ini kita menyaksikan orang mengambil suatu kebijakan dengan harapan untuk menyelesaikan segala sesuatu. Hanya sayangnya, kebijakan yang diambil, tidak malah menyelesaikan sesuatu, justru membuka peluang untuk masalah baru yang lebih besar lagi. Ya, kebijakan yang tidak bijak! Hal tersebut persis seperti apa yang diperlihatkan dalam nas ini. Adalah Yoab, anak Seruya, panglima perang , seorang ahli strategi yang menuai banyak kemenangan di berbagai peperangan. Seorang kepercayaan Daud. Yoab membuat suatu kebijakan dengan maksud untuk menolong raja Daud yang bersesih tentang anaknya Absalom. Daud rupanya rindu juga kepada Absalom yang telah melarikan diri ke Gesur sudah tiga tahun akibat perbuatannya membunuh saudaraqnya Amnon akibat dendam (ay.1; bdk. psl. 13:37-39)).

Apa yang dilakukan Yoab? Ya, tentu saja sebagai seorang panglima yang setia kepada Daud, ingin menolong Daud. Yoab mesasa kasihan kepada Daud. Karenanya ia membuat strategi, untuk membujuk Daud, sekiranya dapat menjemput pulang Absalom dan mempertemukannya dengan Daud. Strategi yang dilakukan oleh Yoab, sekilas kelihatannya memang jitu. Ia menyuruh orang ke Tekoa menjemput seorang perempuan yang bijaksana, dengan harapan melalui perantaraan perempuan ini untuk membujuk Daud sekiranya mengijinkan Absalom kembali ke Israel (ay.3). Singkat cerita strategi Yoab sukses. Melalui diplomasi seorang perempuan bijaksana, hati Daud menjadi luluh. Akhirnya Daud mengijinkan supaya Absalom dijemput pulang dan keselamatannya dijamin (ay.4-24).

Suatu kebijakan telah ditetapkan. Satu masalah kelihatannya sudah dapat diselesaikan. Tapi tunggu dulu! Cerita dalam nas ini tidak hanya terhenti sampai di sini. Karena untuk selanjutnya diceritakan juga masalah lain yang lebih besar datang menghadang! Si Absalom yang telah mendapat kesempatan kembali ke Israel, keselamatannya dijamin, ternyata akhirnya menjadi ancaman! Mengembalikan Absalom ke Israel, persis seperti melepaskan singa dari kandangnya. Siap menerkan siapa saja! Bagai singa yang haus darah selama dua tahun di Israel, muncul niat jahatnya untuk berkuasa, melumat siapa saja, termasuk ayahnya Daud! Absalom mengambil kesempatan, terlebih karena orang banyak yang simpatik karena penampilannya (ay.25-33). Oh, singa, dasar singa! Cepat atau lambat ia menjadi ancaman bagi siapa saja! Lalu apa yang salah dalam hal ini? Nah, inilag masalahnya, kebijakan yang tidak bijak, tentu saja!

1. Kebijakan yang hanya dilatarbelakangi rasa kasihan.

Saudara, ada satu cerita yang menarik. Tentang seorang gadis yang menghadapi masalah dengan calon suaminya. Lalu ia datang kepada seorang Hamba Tuhan meminta saran pendapat. Apa masalahnya? Ia mengungkapkan, bahwa calon suaminya itu ternyata seorang yang sangat tergantung kepada obat terlarang (sabu-sabu). Jika ia stress di kantor (maklum calon suaminya bekerja di salah satu perusahaan swasta), maka ia kembali menkonsumsi sabu-sabu. Padahal kata si perempuan tadi, bahwa calon suaminya itu telah berjanji tidak akan melakukan itu lagi, ungkapnya. Bahkan bukan cuma itu, calon suaminya itu juga memerasnya, meminta uang dan perhiasannya untuk dijual, demi si sabu-sabu. Jika tidak diberikan, maka calon suaminya tidak segan-segan tangan dan kakinya ikut melayang. Dengan tempeleng, dan sepak tendang rupanya! Dan itu dilakukan sudah beberapa kali! Oh...oh...oh...oh...! calon suami yang tidak dapat jadi teladan!

Lalu apa saran dari si Hamba Tuhan? Hamba Tuhan ini menyarankan kepada si perempuan tadi, supaya ia memutuskan hubungan saja. Mumpung belum ada ikatan. Mumpung belum terlambat. Ya, karena si perempuan ini, menurut pengakuannya sendiri, hanya berstatus pacaran saja dengan si laki-laki itu. Tunangan pun belum. Tapi apa jawab si perempuan tadi, memberikan sanggahannya? “Tapi kan saya sangat sayang pada dia pa?”, ucapnya. “Bukankah bapa bisa membantu saya berdoa kepada Tuhan, supaya ia berobah?’, lanjutnya. Lalu si Hamba Tuhan balik bertanya padanya: “Apakah engkau sendiri selama ini sudah berdoa kepada Tuhan untuk calon suamimu ini?”. Perempuan ini menjawab: “Sudah, bahkan beberapa kali. Tapi kelihatannya kebiasaan buruknya selalu kumat lagi bila stress menghinggapinya. Rupanya doa saya kurang mujarab. Tuhan rupanya tidak mendengar doa saya. Makanya saya datang kepada bapak, dengan harapan doanya mujarap dan didengar Tuhan.” Eheem....!

Hamba Tuhan ini dengan serius sekali lagi menyampaikan nasihatnya kepada perempuan ini: “Anakku, Tuhan sudah menjawab doamu! Tuhan sudah memperlihatkan kepadamu berkali-kali agar engkau mengerti bahwa dia bukanlah yang terbaik bagimu! Tuhan sudah memberikan hikmat kepadamu, supaya engkau cepat mengambil langkah bijaksana demi kebahagiaamu!” Tetapi perempuan ini tetap bersikeras pada pendiriannya untuk mencintai laki-laki pujaan hatinya, si singa jantan yang menakutkan! (maklum karena pria ini sudah kerja, di perusahaan lagi). Oh, boleh juga.....cinta di atas segalanya. Walau hancur berantakan semuanya. Singkat cerita, ia jadi menikah dengan pria tadi. Dan berselang beberapa tahun kemudian, si laki-laki ini bukan bertambah baik keadaannya. Tetap seperti semula. Bahkan menjadi-jadi, karena ia juga gemar judi, bahkan suka main perempuan. Karenanya tidak heran banyak juga isteri simpanan.

Saudara, bukankah kita juga sering seperti perempuan tadi? Melakukan tindakan kebijakan yang tidak bijak? Kebijakan yang hanya didasarkan perasaan saja? Dan, maaf.....! tidak sedikit yang memaksa Tuhan untuk mengabulkan permintaan hawa nafsu yang merugikan? Padahal Tuhan sudah berikan tanda-tanda nyata supaya kita lebih bijak apa yang harus kita lakukan. Oh, tidak sedikit orang tidak bisa melihat apa kehendak Tuhan yang harus diikuti dalam hidupnya. Tapi malah mennyalahkan Tuhan, padahal Tuhan lebih tahu apa yang terbaik yang diberikan-Nya kepada kita! Ya, doa tidak jarang hanya semacam pemaksaan kehendak kepada Tuhan untuk memenuhi kepuasan dan keinginan nafsu dunia semata. Bukan sebaliknya, mendengar dan mengikuti kehendak Tuhan dengan hikmat, atas petunjuk nyata dari Tuhan yang sudah diperlihatkan-Nya di depan mata kita!

2. Kebijakan yang hanya didasarkan pada kepercayaan penuh pada manusia

Bila kita membaca ulang dari keseluruhan cerita ini dalam nas, kita melihat bahwa Daud hanya mengandalkan pemikiran dari Yoab, si panglimanya. Kita dapat memahami. Maklum, si Yoab ahli strategi. Lihat saja buktinya, sudah beberapa kali menang dalam pertempuran. Hanya masalahnya saudara, dan ini perlu kita sadari, bahwa manusia itu terbatas. Lihatlah apa yang terjadi di sini. Lihatlah apa yang terjadi selanjutnya bila kebijakan itu hanya di dasarkan kebijakan manusia. Terlalu percaya kepada pemikiran manusia semata. Ini pelajaran berharga bagi kita. Entah kita sebagai Hamba Tuhan, pemimpin masyarakat, atau sebagai pribadi, di dalam mengambil kebijakan.

Bukan berarti kita lalu mengabaikan saran pendapat dari orang lain sama sekali. Itu juga baik. Karena dalam batas-batas tertentu masukan dari orang lain itu juga memperkaya kita sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan suatu keputusan. Hanya masalahnya, saran pendapat dan masukan dari manusia itu jangan dijadikan satu-satunya patokan. Itu relatif sifatnya. Demikian pun dalam memberikan masukan kepada orang lain, janganlah hanya memaksa kehendak. Karena apa yang kita pikirkan dan kita anggap sudah baik, belum tentu itu satu-satunya yang terbaik. Jangan-jangan malah membuka pelunag untuk masuknya masalah yang lebih besar lagi berikutnya! Saudara, dalam keputusan yang tidak bijak, juga tidak jarang terjadi karena bujukan orang lain. Lihatlah dalam kasus kebijakan Daud dalam nas ini. Karenanya, berhatilah dalam pengambila keputusa. Jangan sampai kebijakan itu hanya menyelesaikan bagian kecil masalah, tetapi sekaligus membuka lebih besar masalah! Bisa jadi juga, keputusan yang tidak bijak bila hanya mengambil kesimpulan sendiri tanpa pertimbangan matang. Dalam nas ini memperlihatkan bahwa Daud mengambil kesimpulan sendiri, tanpa meminta juga saran dari banyak orang. Kita juga melihat di sini, tidak satu pun ayat yang menyebutkan bahwa Daud meminta petunjuk Tuhan! Tidak ada sama sekali!

Saudara, apa pun masalah kehidupan yang ingin diselesaikan dalam hidup ini, entah masalah jodoh, masalah sekolah, pekerjaan, usaha, dlsb. Perhatikanlah beberapa petunjuk melalui nas ini. Janganlah keputusan kebijakan itu hanya dilandasi oleh rasa kasihan semata. Itu bisa berbahaya. Memilih dan mengangkat seseorang hanya karena rasa kasihan, itu mendatangkan celakan. Pelajari baik-baik karakter orangnya, supaya jangan menjadi singa yang Anda lepaskan dari kandangnya dan akhirnya menerkam Anda juga! Keputusan yang bijak, tentu juga perlu mendengar masukan, saran pendapat dari orang lain juga. Tapi tidak langsung dijadikan patokan ideal satu-satunya. Itu memang memperkaya kita, tetapi janganlah langsung diterapkan begitu saja (lihatlah pengalaman Daud). Perlu dipertimbangkan semuanya. Mintalah pada Tuhan petunjuk, buka mata dan telinga, dan lihatlah Tuhan pasti memperlihatkan sesuatu di depan mata Anda, jika Anda bijak, dengan hikmat yang Tuhan berikan, turutilah. Bukan sebaliknya memaksa Tuhan, yang sudah jela-jelas Tuhan sudah memberikan pilihan terbaik di depan Anda! AMIN! *

(Oleh: Rev.Kristinus Unting, STh.,M.Div).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar