Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

PENAMPAKAN YESUS DAN TUGAS PENGUTUSAN KITA


Yohanes 20:19-23

Kebangkitan Tuhan Yesus adalah jawaban atas ketakutan besar umat manusia terhadap kematian. Bagi manusia pada umumnya, kematian adalah akhir dari segala-galanya. Bahkan menjadi lambang kekalahan. Tetapi tidak bagi Tuhan Yesus! Kematian itu dikalahkan-Nya dengan kebangkitan-Nya. Ia menang atas kematian. Kematian, yang menjadi hantu mengerikan dalam kehidupan manusia, tidak dapat menguasai diri-Nya dan telah dikalahkan-Nya.

Kemenangan Kristus atas kematian juga seharusnya menjadi kemenangar orang Kristen. Kematian, yang membuat orang lain bergidik ketakutan kemudian lari pontang-panting, telah dikalahkan oleh Kristus. Karena itu kematian seharusnya tidak boleh menjadi alasan yang menghambat kegiatan pemberitaan Injil dan pengutusan diri orang Kristen. Namun bagaimanakah hal ini bisa diberlakukan dalam kehidupan kita sehari-hari? Pengalaman para murid yang menjadi saksi kebangkitan Kristus dapat menjadi contoh bagi kita pada masa kini.

Josh McDowell, seorang apologet dari Campus Crusade for Christ, dalam bukunya Evidence That Demands a Verdict mengutip H.P. Liddon, berkata "Faith in the resurrection is the very keystone of the arch of Christian faith, and, when it is removed, all must inevitably crumble into ruin." Iman kristiani didasarkan pada kenyataan dan kepercayaan bahwa Tuhan Yesus Kristus disalibkan dan bangkit kembali pada hari yang ketiga pada kurang lebih 2000 tahun yang lalu di Yerusalem. Tanpa kebangkitan Kristus tiada harapan hidup kekal.

Tak dapat disanggah bahwa ada saja orang Kristen yang takut dan malu mengaku dirinya sebagai orang Kristen atau Pengikut Kristus. Ada yang takut kalau lambat naik pangkat atau tidak disukai atasan. Ada yang takut dicemooh, ditolak dan ditinggalkan. Ada yang takut kalau ditangkap, kemudian disiksa dan dianiya. Hal yang demikian pemah dialami dan dirasakan oleh murid-murid Tuhan Yesus. Mereka sangat ketakutan dan mengalami krisis iman yang luar bisa ketika guru sekaligus pimpinan mereka itu ditangkap dan dihukum mati sebagai penjahat kelas kakap.

Ketakutan para murid adalah juga ketakutan umat manusia pada umum yaitu takut akan kematian. Manusia takut kalau nyawanya hilang atau tercabut dengan cara apapun. Termasuk melalui penangkapan, penyiksaan dan penganiayaan. Inilah ketakutan eksistensiai, ketakutan yang menetap dan ada pada semua orang. Hidup dalam ketakutan, tanpa keberanian dan tanpa damai sejahtera, adalah kehidupan yang tidak menyenangkan. Kondisi kehidupan yang demikian tentu saja bertentangan dengan- rencana Allah yang merancang kehidupan yang penuh damai-sejahtera bagi sernua orang. Sebagai pengikut Allah yang Hidup, Allah yang telah mengalahkan kematian, seharusnya kita tidak berlaku sebagai pengikut yang meringkuk ketakutan di ceruk kehidupan ini. Kita harus keluar untuk menyatakan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang telah mengalahkan kematian. Kematian yang menjadi ketakutan umat manusia sejagat-raya itu telah ditaklukkan-Nya.

Kita harus percaya bahwa Tuhan Yesus bukanlah manusia biasa yang tamat riwayatnya dalam kematian. Ia adalah Allah yang bangkit dari kematian. Ia Allah yang hidup yang terus berkarya untuk mengampuni dosa manusia hingga sekarang ini. Karena itu, Ia mengutus kita, memberi Roh Kudus kepada kita, agar kita menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang hidup, yang telah mengalahkan kematian. Kebangkitan Yesus menjadi kekuatan serta pengharapan bagi orang percaya bahwa yang bertekun dalam iman percaya sambil berjuang secara tekun dalam aktivitas nyata.Yesus yang telah bangkit hadir dimana-mana dan kapan saja, sebab Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas ruang dan waktu. Dia tidak hanya berkuasa memberikan jaminan keselamatan masuk sorga, tetapi juga kuasa berkat di segenap kebutuhan hidup kita. Bertekunlah di dalam iman, sambil ulet dalam berjuang di kehidupan. AMIN.*

(Pdt.Kristinus Unting)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar