Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

YESUS MENGHAMBA DAN MENDERITA DEMI KITA (Jumat Agung)


Yesaya 52:13-12

Saudara, dalam kehidupan nyata, tidak mudah kita menemukan orang benar yang mau berkorban bagi orang lain, yang secara hukum membiarkan dirinya disiksa tanpa membuka mulut untuk pembelaan. Namun nabi Yesaya memaparkan kepada kita bahwa ada seseorang yang disebutnya Hamba yang menderita yang sanggup melakukan itu. Hamba itu diremukkan, dihina, diejek, diperlakukan sewenang-wenang. Tidak hanya itu, bahkan dalam kematiannya, dia dimasukkan dalam kalangan pemberontak (53:12). Bagi seorang manusia biasa penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya justru selalu diusahakan untuk dihindari (53:3). Yesaya memaparkan makna yang terkandung di balik penderitaan hamba itu. Dikatakan Yesaya bahwa semua itu adalah bagian dari kehendak dan rencana agung Allah demi korban penebusan salah bagi manusia (53:10).

Melalui nabi Yesaya, Allah memberitakan tampilnya seorang yang akan menyelamatkan umat manusia, bukan dengan kekuatan, tetapi dengan dan melalui penderitaan-Nya. Ia adalah hamba Tuhan yang menderita sengsara, Ia dihina dan dijauhi orang. Ia menanggung dosa dan penyakit kita. Ia kelihatan lemah, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian dan Ia pasrah. Tetapi sesungguhnya, Ialah yang tampil sebagai Hamba yang melayani dan menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Nubuat hamba Tuhan yang menderita ini digenapi dalam diri Yesus Kristus. Sama sekali tak terlihat usaha pembelaan diri-Nya. Namun justru di sinilah letak rahasia keagungan kasih Allah. Dengan mempertaruhkan Putra-Nya, Sang Bapa merencanakan penyelamatan kita.

Pengorbanan Kristus di kayu salib adalah anugerah terbesar yang bagi hidup manusia. Penyelamatan itu memang tanpa pembayaran apapun dari pihak kita manusia, tetapi dari sudut Allah, penyelamatan itu menuntut pengorbanan Yesus, Anak Tunggal Bapa. Yesus yang rela dan berani memikul tugas dan panggilan yang berat . Apa maknanya bagi kita? Peristiwa salib hendak menegaskan kepada kita bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan sebuah jembatan bagi kita untuk memasuki kehidupan kekal. Kristus menderita dan mati bagi dosa-dosa kita, menggantikan posisi anda – di kayu Salib! “Ia menanggung dosa banyak orang” (Yesaya 53:12). Ini adalah pengorbanan-Nya bagi dosa-dosa kita, korban pengganti.

Dalam kehidupan nyata, kita menyaksikan di tengah perjalanan hidup sebagai anak-anak Tuhan, ada orang-orang Kristen yang walaupun susah dan sulit ikut Tuhan, ia tidak pernah undur dan tidak pernah pergi dan tidak pernah kecewa dan tidak merasa Tuhan tidak baik kepada mereka. Apapun yang terjadi di dalam hidup mereka, kita saksikan mereka tidak pernah lalai mengerjakan apa yang menjadi tugas dan panggilannya sampai ajal menjemputnya. Namun tidak jarang dengan cucuran air mata kita juga mungkin melihat begitu banyak orang Kristen yang akhirnya meninggalkan Tuhan, yang kecewa mengikut Tuhan, lari dan pergi meninggalkan Gereja. Dan akhirnya mereka tidak menjadi anak-anak Tuhan yang setia oleh sebab terlalu gampang dan terlalu mudah dikecewakan oleh hal-hal yang sepele di dalam hidup ini.

Saudara, apakah kita sadari betapa besarnya kasih Allah bagi kita melalu pengorbanan Yesus? Bahwa diri kita telah di tebus oleh kematian Yesus Kristus di kayu salib dan telah mewarisi sorga bersama-Nya? Di sini kita dapat melihat pelayanan Kristus sebagai Hamba yang menderita. Pengorbanan Kristus untuk membayar dosa-dosa kita. Menyadari kasih pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib dalam peristiwa Jumat Agung harus menjadi dasar bagi kita untuk mampu mengasihi siapa saja, tanpa memandang asal, keturunan, dlsb. Dan kita pun menjadi anak-anak Bapa yang mengenal damai dan bersedia membawa damai. AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar