Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUK DITEMPATI ROH KUDUS


Kisah Para Rasul 1:12-26

Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Ia mengutus murid-murid untuk pergi dan menjadi saksi-Nya. Namun, mereka tidak boleh langsung berangkat; mereka harus tinggal di Yerusalem dan menunggu penggenapan janji Allah Bapa, yaitu: menanti Roh Kudus yang akan diberikan kepada murid-murid. Menanti, oh, rata-rata orang mengatakan bahwa itu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Karena memang orang inginnya yang serba instan. Tak ingin berlama-lama menanti. Namun di sini kita melihat ketaatan para murid pada perintah Kristus, mereka kembali ke Yerusalem (ay.12). Jarak antara bukit Zaitun dimana Kristus naik ke sorga dengan Yerusalem tidak jauh. Oh, sungguh-sungguh ini tidak mudah. Karena bukan hanya menanti, tetapi bertekun, sabar, dan melakukan pekerjaan ekstra secara aktif.

Lukas menulis jarak tersebut sekitar ‘seperjalanan sabat jauhnya.’ Ungkapan hanya ‘seperjalanan sabat jauhnya’ diambil dari kebiasaan rabi Yahudi (para ahli Taurat) yang menetapkan bahwa pada hari sabat orang hanya boleh berjalan menempuh jarak 2000 hasta Yahudi yaitu sekitar 880 meter atau kurang lebih satu km. Oh, luar biasa. Berbeda dengan kebanyakan kita pada umumnya. Kurang tekun, tapi pada saat-saat tertentu mengharapkan hal-hal yang indah dari Allah. Banyak orang terkadang mulai dari hal yang kecil bahkan sampai hal-hal yang besar serba diserahkan untuk Tuhan. Kurang berani menerobos dan ambil inisiatif, tapi buru-buru mengharapkan berkat-berkat yang serba melimpah. Lalu bila apa yang diharapkan tak kunjung datang juga? Nah, mulailah bersungut-sungut, kecewa kepada Allah. Lalu memilih jalan-jalan pintas!

Setiba di Yerusalem, mereka menuju suatu rumah yang seringkali mereka pakai untuk pertemuan. Di Yerusalem selain para murid juga hadir para wanita, ibu Yesus serta saudara-saudaraNya. Di tempat ini mereka bertekun dengan sehati dalam doa bersama (ay 13-14). Saudara, pengalaman Pentakosta senantiasa melibatkan tanggung jawab manusia. Ya, tanggungjawab untuk melaksanakan misi Allah. Misi damai sejahtera untuk dunia dan sesama. Perhatikan apa yang dilakukan para murid. Mereka tidak semata berdoa untuk memaksa Roh Kudus segera datang. Tidak! Tapi apa? Mereka melakukan tindakan inisiatif. Matias dipilih dan ditetapkan untuk menggantikan Yudas.

Proses pemilihan itu pun ditetapkan dengan kriteria yang ketat: “haruslah orang yang aktif dalam persekutuan, tekun dan setia, serta terbukti dalam dalam banyak karya nyata (ay.21-22). Lalu bagaimana dengan sikap kita dalam berbagai keterlibatan dalam pemilihan, baik ketika memilih Penatua & Diakon, memilih wakil rakyat, memilih, Bupati, Walikota atau Gubernur umpama? Oh, yang penting aku suka? Yang penting aku ada keuntungan? Kualitas atau tidak bukanlah yang paling menetukan?! Pantasan saja bila kebanyakan kita merasakan juga dampak dari sikap yang kurang bertanggungjawab. Yang dipilih atau terpilih terkadang tidak seperti apa yang diharapkan. Kurang membawa pembaharuan atau kemajuan. Tetapi menduduki jabatan sekedar mumpung ada kesempatan. Sehingga kurang memperhatikan jeritan masyarakat banyak.

Saudara, setiap orang yang membutuhkan pencurahan Roh agar berkuasa untuk melakukan pekerjaan Allah haruslah menyerahkan dirinya kepada Roh Kudus lewat suatu komitmen kepada kehendak Allah dan melalui doa. Pelayanan para rasul baru dimulai setelah Roh Kudus turun ke atas mereka. Ini penting, karena tidak jarang orang mengharapkan kuasa Allah terjadi dengan luar biasa, tetapi tidak bertekun dan berserah pada kuasa Allah. Apakah kita sungguh-sungguh mengandalkan pengetahuan, pengalaman, kecerdasan atau kepandaian bicara kita semata untuk melakukan pelayanan bagi Tuhan? Menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan? Ataukah kita selalu bergantung kepada kuasa doa dan pimpinan Roh Kudus dari Tuhan? Jika ini yang dilakukan, yakinilah bahwa setiap aktivitas yang dilakukan sungguh sarat dengan kuasa, melimpah berkat bagi sesama dan dunia. Amin!

Pdt.Kristinus Unting, M.Div

Tidak ada komentar:

Posting Komentar