Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

SALING MEMBANTU SEBAGAI CIRI KRISTEN SEJATI


Galatia 6:1-10

Kesatuan orang percaya bagaikan kesatuan sebuah keluarga. Ada berbagai unsur di dalamnya yang berinteraksi dan menciptakan berbagai suasana: sukacita, saling membangun, saling mengasihi. Isi surat Paulus ini membuat kita harus menengok ulang kehidupan gereja kita. Ketika ada orang yang jatuh ke dalam dosa, mana yang lebih banyak: orang yang menyalahkan dan mencemooh atau yang menolong? Seharusnya kita yang rohani membimbing orang yang jatuh ke dalam dosa agar ia kembali berdiri tegak di dalam iman. Mereka yang merasa dekat dengan Tuhan seharusnya berkerinduan untuk memulihkan dan mendoakan orang yang tersandung dosa dan bukan malah menuding. Begitulah seharusnya persekutuan sesama anggota tubuh Kristus, saling menanggung beban satu sama lain dan peduli terhadap anggota yang sedang mengalami malfungsi.

1. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik (ayat 9)

Kata “ janganlah kita jemu-jemu “ menunjuk pada bagaimana kita berbuat baik bukan sekali-kali, atau bukan karena ada maunya sehingga kita berbuat baik kepada orang lain. Yang sering terjadi adalah banyak orang Kristen menjadi manusia “ Purba” alias pura-pura baik? Beberapa alasan mengapa menjadi manusia “Purba” alias pura-pura baik ? Karena ingin memperoleh sesuatu dari orang itu ( berupa harta bergerak atau tidak bergerak). Karena ingin mendapatkan kedudukan atau jabatan. Karena ingin mendapatkan pujian dari sang pemimpin/majikan/bos. Kebaikan seringkali kita lakukan hanya kepada orang-orang tertentu saja. Oleh karena beberapa alasan tersebut, kebaikan yang dilakukan sebenarnya bukan karena dari hati yang tulus dan murni.

2. Berbuat baik kepada semua orang ( ayat 10 )

Kecenderungan kita berbuat baik hanya kepada orang-orang yang baik kepada kita. Tuhan Yesus mengajarkan agar kita berbuat baik kepada musuh kita ( Lukas 6 : 27-29 & 35 ). Kita harus berbuat baik kepada musuh kita atau lawan kita. Tunjukkan kebaikan tanpa membeda-bedakan siapa mereka. Walau pun sulit melakukan, kita harus mengasihi orang-orang yang membenci kita. Belajar mengasihi dan menerima semua orang dan berkati mereka. Kecenderungan kedua adalah mengkotak-kotakkan dalam berbuat baik, melalui ras, suku, agama, daerah, tingkat pendidikan, status social, jabatan, dll. Jangan memilih-milih ketika mau berbuat baik dan jangan melihat keberadaannya. Harus memperlakukan mereka dengan adil.

3. Berbuat baik dimulai kepada saudara seiman ( Ayat 10 )

Perbuatan baik dimulai dari dalam orang Kristen itu sendiri. Dari dalam keluarga sendiri sehingga orang di luar dapat melihat dan memuliakan Tuhan. Banyak orang Kristen berbuat baik hanya kepada orang di luar iman Kristen, mungkin saja karena ingin dihormati, dihargai, dilindungi, atau menunjukkan bahwa dia adalah orang baik. Banyak yang melakukan perbuatan baik diluar semata-mata ingin merasa nyaman atau demi keamanan. Memang itu penting, tetapi jangan lupa kita mulai berbuat baik dimulai dari dalam kita sendiri, keluarga, anggota jemaat .

Ada kata bijak yang menyatakan bahwa kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya. Oleh karena itu jangan pernah sia-siakan setiap kesempatan yang ada. Banyak orang yang menyesal begitu rupa saat kesempatan itu tidak digunakan dengan baik. Yang ada tinggallah penyesalan. Tentang hal demikian Alkitab menyatakan, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (ay.10).

Marilah kita belajar berbuat baik, dengan beberapa prinsip penting dari kebenaran Firman Tuhan hari ini : Berbuat baik harus dilakukan secara konsisten, harus dilakukan kepada semua orang, dilakukan kepada saudara seiman. Ketahuilah bahwa apa yang kita tabur hari ini, cepat atau lambat kita akan menuainya juga. Oleh sebab itu, melalui Firman Tuhan ini kita diajak untuk tetap menaburkan apa yang baik, sehingga di kemudian hari, yang kita tuai pun pastilah yang baik juga. AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar