Yohanes 13:1-20
Sebuah perguruan tinggi kecil di wilayah barat sedang mengalami pergumulan finansial. Gedung-gedungnya dalam kondisi buruk, dan gaji pegawai amat kecil.Suatu hari, seseorang yang tak dikenal mengunjungi kampus itu dan bertanya di mana ia dapat berjumpa dengan sang direktur kepada seorang pria yang sedang membersihkan dinding. "Saya kira Anda dapat menemuinya di rumahnya pada siang nanti," jawab pria tersebut. Sesuai petunjuk, pengunjung itu pergi ke rumah sang direktur dan berjumpa dengannya, yang ternyata sama dengan orang yang ditemuinya sedang menggosok dinding pada pagi hari itu, walaupun sekarang pakaiannya berbeda.
Lalu dalam minggu yang sama, datang sepucuk surat disertai sumbangan sekitar 150 juta rupiah untuk perguruan tinggi tersebut. Semangat pelayanan sang direktur telah menimbulkan kesan positif pada pengunjung tersebut. Karena pemberi sumbangan itu melihat seorang pria yang tidak sombong dan mau turun tangan pada saat diperlukan. Meskipun oleh beberapa orang tugas itu mungkin dianggap pekerjaan kasar, dengan murah hati sang direktur tergerak untuk memberikan andil bagi sekolah tersebut.
Pengajaran ini amatlah jelas. Allah menghargai orang-orang yang mau mengambil tempat yang hina. Yesus sendiri memberikan teladan dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Untuk mencuci kaki orang lain, maka seseorang harus mengambil tempat yang rendah. Sangat tidak mungkin mencuci kaki orang lain dilakukan dengan berdiri. Bahkan hal ini tidak akan pernah terjadi jika kita merasa sombong, merasa "lebih tinggi”, "lebih besar” dari orang yang akan kita cuci kakinya. Bahkan yang lebih penting lagi, seperti disebutkan dalam Yohanes 13:1, Yesus melakukan semuanya ini karena Dia "mengasihi” murid-murid-Nya. Kasih! Inilah yang memampukan kita mengerjakannya. Tanpa kasih, tidak mungkin kita sanggup melakukan.
Peristiwa yang dramatis ini terjadi pada malam terakhir sebelum Yesus ditangkap dan disalibkan. Yesus melakukannya:
(1) untuk mempertunjukkan kepada murid-murid-Nya betapa besar kasih-Nya kepada mereka;
(2) untuk memberikan gambaran tentang pengorbanan diri-Nya di salib dan
(3) untuk menyampaikan kebenaran bahwa Dia meminta para murid-Nya saling melayani dengan kerendahan hati. Keinginan untuk menjadi yang terbesar senantiasa mengganggu pikiran mereka (Mat 18:1-4; 20:20-27; Mat 9:33-37; Luk 9:46-48).
Kristus menginginkan agar mereka sadar bahwa keinginan untuk menjadi yang pertama, menjadi lebih unggul dan dihormati lebih dari orang Kristen lain adalah bertentangan dengan sifat sebagai orang percaya.Jika kita mau saling mengasihi maka kita disebut sebagai murid-murid Yesus. Tapi orang yang tidak mau saling mengasihi, dia adalah bagaikan Yudas, memang sebagai murid Yesus, tapi dia adalah murid yang mengkhianati Yesus.
Saling mengasihi dan melayani akan terjadi jika kita mau menjadi kecil bagaikan iota, mau rendah hati. Tapi jika kita merasa diri "tidak salah” dan mementingkan "harga diri” maka kita tidak akan dapat mencuci kaki saudara, tidak akan dapat mengasihi orang lain. Orang yang menyimpan kepahitan hati atau kebencian dalam hatinya tidak akan merasa damai, akan tertuduh bahkan pada saat dia berdoa. Namun jika kita mau membuang segala kepahitan hati dan mau datang memohon maaf dan memaafkan di antara saudara, maka seperti tertulis dalam dalam Yohanes 13:17, kita akan berbahagia. AMIN!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar