Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

SIDANG DEMOKRASI ILAHI



Mazmur 82:1-8

Pesan utama Mazmur ini sangat jelas. Hanya ada satu Allah. Dia yang Esa telah menyatakan diri-Nya. Tuntutan-Nya kepada umat-Nya hanya satu, yaitu hidup sesuai dengan kehendak-Nya: memberlakukan keadilan dan belas kasih! Setiap orang yang membengkokkan kebenaran dan dengan demikian menindas orang lain tidak akan luput dari penghukuman Hakim yang adil itu.

Siapakah para ilah yang dihakimi Allah itu? Ada beberapa kemungkinan menafsir bagian ini. Pertama, para ilah ini adalah para pemimpin umat seperti para hakim yang bertanggung jawab menegakkan hukum dan keteraturan dalam masyarakat Israel. Kedua, para ilah ini adalah para raja bangsa-bangsa. Pada zaman itu para raja sering dianggap wakil dewa atau bahkan putra dewa (ayat 6). Ketiga, para ilah ini adalah dewa dewi yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir.

Mazmur ini berisikan sebuah firman Allah yang berupa peringatan ditujukan kepada para penguasa dan hakim, (ay.2-4), yang suka memutarbalikkan hukum dan karenanya terancam kebinasaan, (ay.5-7). Firman Allah itu ditempatkan dalam rangka yang menggambarkan Allah yang mengadakan sidang pengadilan, (ay.1), dan yang melayangkan pandangan ke akhir zaman, (ay..

Saudara, pada masa ini krisis kepemimpinan melanda Indonesia! Di kalangan eksekutif, legislatif, bahkan yudikatif pun, payah! Jalan-jalan (studi perbandingan), korupsi (uang lelah), jegal-menjegal (ungkapan wibawa), pembiaran masalah (cari ide), bukan lagi menggejala tapi membudaya! Maka sebagian besar rakyat pun kecewa. Sebagai orang beriman kita harus konsisten bertindak benar di arena publik. Perlu keberanian dan kerendahan hati menyuarakan berapa hal penting seperti yang dipaparkan mazmur ini.

Pertama, tegaskan bahwa posisi pemimpin adalah suatu kehormatan besar. Karena, Allah sendiri menetapkan mereka meski prosesnya melalui pemilihan rakyat (ayat 6; band. Rm. 13:1). Maka mereka harus bersikap dan bertindak terhormat sebagai wakil Allah.

Kedua, Allah sedang mengevaluasi (ayat 5) dan akan menghakimi. Dampak evaluasi Allah atas para pemimpin bisa terjadi kini bisa juga fatal kelak (ayat 7).

Ketiga, Allah adalah hakim yang adil. Ia memiliki standar penugasan dan standar evaluasi yang jelas dan tegas. Ia tak akan membiarkan pemimpin yang mengorbankan orang kecil. Ia ingin agar ada upaya penyetaraan ke semua kalangan (ayat 3, 4). Dan karena Ia adil, Ia sendiri yang akan menentukan bagaimana sesungguhnya kondisi faktual seorang pemimpin (ayat 5).

Maksud ucapan ilahi itu ialah: Walaupun penguasa dan hakim mewakili Allah dan karenanya boleh disebut ilahi, namun mereka tidak boleh menjadi sombong karenanya, sebab sama seperti manusia lain mereka lekas mati (sebagai hukuman). Gereja harus memberikan pembinaan tentang prinsip penting ini. Perlu pembinaan dan latihan agar orang Kristen memiliki keterampilan menyuarakan kenabian di ruang publik. Jika kita tidak berhasil mengoreksi, tak usah apatis. Kita sudah melakukan tugas kita. Kita tahu bahwa Allah akan menjalankan bagian-Nya. Kita harus memilih sebisa mungkin pemimpin yang mendekati kriteria ini. Namun selesai pemilihan, kita harus berani dengan bijak mengingatkan pemimpin tentang tanggung jawab kepada Allah. AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar