Renungan GKE

Selasa, 26 November 2013

HATI SEBAGAI MEDIA ROH KUDUS



I Timotius 1:18-20

Pada awal abad yang lalu, sebuah kapal terdampar di Kepulauan Scilly, di dekat pantai daratan Inggris. Sebetulnya saat itu laut tenang dan cuacanya pun cerah, tetapi kapal tersebut terjebak arus yang berbahaya sehingga tanpa terasa arahnya telah menyimpang. Sebelum kapten dan para awak kapalnya menyadari apa yang terjadi, kapal itu sudah menabrak karang laut dan karam.

Dalam kehidupan ini, ada banyak arus kuat yang juga dapat menjebak kita dan membawa kita kepada kehancuran. Sayangnya, saat kita "hanyut" secara rohani biasanya kita tidak segera sadar. Apalagi hal ini sering kali terjadi secara begitu perlahan. Kita baru mengetahuinya ketika kita sudah tidak berkuasa lagi menolak kejahatan dan sama sekali kehilangan hasrat akan kebenaran.

Timotius diingatkan agar tetap setia terhadap kehendak Allah yang dinyatakan untuk hidupnya. Selaku gembala dan penilik gereja, dia harus tetap setia kepada iman rasuli dan berjuang melawan ajaran palsu yang mulai menyusup ke dalam gereja. Rasul Paulus ingin memastikan bahwa hal seperti ini tidak akan menimpa jemaat yang digembalakan oleh Timotius. Ia mendorong Timotius untuk tetap setia dalam meng-ajarkan segala sesuatu yang perlu diketahui jemaat. Dengan demikian mereka tidak akan menyimpang dari pengiringan mereka kepada Kristus dan iman mereka tidak akan "karam."

Paulus berkali-kali mengingatkan Timotius terhadap kemungkinan terjadinya kemurtadan (1Tim 4:1; 5:11-15; 6:9-10). Paulus mengatakan bahwa iman Himeneus dan Aleksander “kandas” karena mereka menolak suara nurani mereka yang murni (1 Timotius 1:19,20). Dengan demikian, mereka telah memadamkan hati nurani mereka dan secara terang-terangan memutarbalikkan kebenaran untuk membenarkan perbuatan mereka. Paulus menguatkan Timotius untuk memperjuangkan perjuangan yang baik "dengan iman dan hati nurani yang murni" (1Timotius 1:18). “Hati nurani yang murni” akan menggelisahkan kita saat kita melakukan sesuatu yang kita ketahui salah. Kita menjaganya tetap “murni” dengan menurutinya dan berbalik dari dosa.

Hati adalah salah satu media Roh Kudus untuk berbicara dan menuntun hidup kita. Kalau hati nurani kita murni maka kita dapat mendengar dengan jelas ketika Roh Kudus berbicara dalam hati. Jika masih ada suara yang menuduh kita itu adalah satu tanda bahwa hati nurani kita masih murni, tapi jika suara dalam hati sudah tidak berbicara maka hati nurani kita sudah tumpul atau bahkan sudah mati sehingga hati nurani kita tidak dapat menuntun kembali hidup kita. Hati nurani kita adalah sebuah sarana untuk Roh Kudus berkata-kata tentang jalan-jalan kehidupan yang harus kita tempuh. Oleh karena itu, hendaklah kita senantiasa menjaga kemurnian hati kita agar kita hidup berkenan dihadapan Tuhan.

Pada masa sekarang ini, ketika orang beriman mulai tergoda dengan kejahatan, semakin banyak orang yang secara perlahan jiwanya hanyut menjauh dari kebenaran Allah, doa, dan kehidupan yang beriman. Kita harus benar-benar merenungkan apa yang kita ketahui tentang Kristus sehingga kita tidak akan "terjebak arus dan karam".Apa yang harus kita lakukan untuk memiliki hati nurani yang murni? Seseorang yang memiliki suara hati atau hati nurani yang baik dan murni dipastikan akan memiliki integritas, tidak munafik (bermuka dua) dan dapat dipercaya. Itulah sebabnya rasul Paulus meminta Timotius dengan bersungguh hati melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Motivasi yang tulus yaitu hanya ingin menyenangkan hati Tuhan, bukan manusia. Semakin bersih dan murni hati nurani kita, maka kita juga akan makin peka terhadap kejahatan yang terjadi. Tuhan menuntun kita melalui hati nurani agar kita mendengar dan melakukan kehendak-Nya.

Bagaimana caranya agar Anda dapat memiliki hati nurani yang murni? Alkitab mengungkapkan bahwa Yesus Kristus dan kematian-Nya yang penuh pengurbanan adalah satu-satunya harapan untuk dapat memiliki hati nurani yang murni. Melalui iman di dalam Dia, hati Anda dapat "dibersihkan dari hati nurani yang jahat" (Ibrani 10:22). Iman yang sejati dan hati nurani yang peka akan membuang segala kesenangan atas dosa dan keinginan untuk memutarbalikkan kebenaran untuk membenarkan apa yang salah. Iman dan hati nurani yang murni merupakan kombinasi yang berhasil. Marilah kita menjaganya agar tetap kuat. Marilah kita selalu menguji hati kita di hadapan Tuhan. Apa yang sebenarnya mendasari sikap, perkataan, keputusan, serta pilihan kita selama ini. Ingatlah Roma 11:36 "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya". Amin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar