Senin, 25 November 2013
BELAJAR DARI "TAHTA DAUD"
II Samuel 7:1-17
Daud adalah seorang yang mendapatkan janji Allah, “Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan aku akan mengokohkan kerajaannya “ (ay.12). Allah bermaksud agar keturunan Daud selalu menduduki takhta di Yerusalem, asal saja para raja Yehuda itu tetap setia dan taat kepada-Nya. Janji Allah bahwa keturunan Daud akan berlangsung selama-lamanya di atas orang Israel bergantung pada kesetiaan Daud dan keturunannya untuk taat pada Allah.
Allah tidak mengikat perjanjian dengan Daud karena Daud layak, benar, atau telah melakukan perbuatan baik; sebaliknya perjanjian itu ditetapkan karena kemurahan dan kasih karunia-Nya (2 Sam. 7:21), untuk kemuliaan nama-Nya (ay. 26), masa depan umat-Nya Israel (2 Sam. 5:12), dan akhirnya keselamatan semua bangsa (2 Sam.11:1,10). Daud menerima janji Allah ini dengan kerendahan hati dan iman. Sebenarnya Daud bukanlah seorang bapa yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya. Tetapi Tuhan mengampuni dan memulihkan kehidupan Daud sebagai seorang bapa.
Apa yang menyebabkan Daud berhasil menjalankan perannya sebagai bapa, sehingga janji Tuhan digenapi ? Salah satu penyebab utama keberhasilan Daud dalam menjalankan perannya sebagai bapa bagi Salomo adalah kecintaannya terhadap Taurat Tuhan. Daud mencintai Taurat Tuhan. Daud merenungkannya siang dan malam. Daud banyak menghabiskan waktunya berurusan dengan Taurat Tuhan. Tuhan telah berjanji mengenai takhta Daud, bahwa Ia akan membuatnya kokoh dan bertahan generasi demi generasi. Dan Salomo adalah orang yang mendapat kasih karunia serta dipilih Tuhan untuk menjadi orang pertama yang menduduki takhta Daud setelah Daud sendiri (ay.13).
Bagaimana dengan para bapa saat ini ? Apakah kita begitu mencintai firman Tuhan ? Apakah kita banyak menghabiskan waktu kita mempelajari firmanNya ? Apakah kita melakukan banyak meditasi firman dalam kehidupan doa kita ? Tuhan tidak menuntut kesempurnaan kita sebagai seorang bapa, tetapi meminta kita untuk sungguh-sungguh mencintai firmanNya, agar janjiNya bagi kita dapat digenapi. Seorang bapa dalam suatu keluarga juga dapat dianugerahi “takhta Daud”, yaitu suatu anugerah untuk memerintah, melayani serta memberkati seluruh anggota keluarga.
Seorang bapa yang menduduki “takhta Daud” ini seharusnya mengalami persiapan seperti yang dialami Daud sendiri. Seorang bapa yang telah mengalami disiplin Tuhan bertahun-tahun lamanya, akan dapat menjalankan “takhta Daud” dengan baik. Walaupun mungkin ia jatuh, tetapi Tuhan akan memulihkannya kembali. Jika “takhta Daud” ini dijalankan dengan baik, maka seluruh anggota keluarga akan diberkati. Jika tidak, tentu sebaliknya yang akan terjadi. Amin!
Pdt.Kristinus Unting, M.Div
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar