Renungan GKE

Jumat, 20 Juli 2012

12 WARISAN BERHARGA BAGI GENERASI KITA


Ulangan 31:9-13

Saudara, berbicara soal peninggalan atau warisan, Benyamin Franklin pernah berkata: “If you would not be forgotten as soon as you are dead, either write something worth reading or do something worth writing to be given to your children” ("Jika engkau tidak ingin dilupakan saat meninggal nanti, setidaknya tinggalkan sebuah tulisan yang berharga atau lakukan sesuatu yang layak untuk ditulis dan diajarkan kepada penerusmu”).

Saudara, apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata “warisan”? Bukankah yang terpikir pada umumnya oleh sebagian kita adalah berkisar soal harta? Sejumlah uang, rumah, tanah, dsb., yang bersifat bendawi dan duniawi semata? Yang akan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya? Itu memang penting, tidak salah. Alkitab juga mengajarkan bahwa meninggalkan warisan dalam bentuk uang bagi anak-anak itu layak dihargai dan dipuji. Kitab Amsal mencatat, "Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya (Amsal 13:22), yang akan menjamin masa depan mereka dan meningkatkan standar hidup mereka.

Namun, sekalipun warisan dalam bentuk harta benda atau uang itu juga penting dan patut dipuji, tetapi itu belumnlah menjamin kehidupan menjadi lebih baik. Bahkan tidak jarang banyak juga bahayanya. Firman Tuhan mengatakan: “Siapa mencintai uang, tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-saia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?” (Pkh. 5:9-10).

Selain itu warisan harta benda atau uang semata juga tidak dapat bertahan dan tidak dapat memberikan kebahagiaan yang sejati. Yesus sendiri mengatakan: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya/ dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? (Mat. 16:26; bdk.Mrk. 8:36; bdk. Luk.9:25). Mengingat bahaya juga, pada bagian lain Yesus pun pernah mengisyaratkan: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat. 6:21; bdk. Luk. 12:34). Bukankah demikian yang terjadi dalam pengalaman nyata kehidupan?

Saudara, jika demikian, lalu apa yang harusnya diwariskan kepada generasi kita, dan dalam bentuk apa? Melalui nas ini kita dapat melihat dengan jelas, seperti apa yang dilakukan Musa kepada 12 suku Israel sebelum ia meninggal. Sebagai pemimpin, Musa juga meninggalkan warisan. Warisan yang maha penting tentu saja! Apa itu? Nah ini, “warisan rohani”. Warisan yang akan benar-benar memperkaya hidup generasi anak-anak kita, membentuk karakter mereka, dan mempengaruhi hidup kekal mereka. Melalui ucapan berkat kepada 12 suku Israel kita dapat mencatat 12 “warisan rohani” yang sarat makna, yang sekiranya juga menjadi warisan yang dapat kita tinggalkan kepada generasi kita.

1). Warisan rasa hormat (ay.2-3)
2). Warisan iman (ay.6)
3). Warisan doa (ay.7)
4). Warisan ibadah (ay.8)
5). Warisan kesabaran dan kelemahlembutan (ay.12)
6). Warisan ketulusan dan kejujuran (ay.13-17).
7). Warisan sukacita (ay.18)
8). Warisan kekudusan (ay.19).
8). Warisan kebenaran dan keadilan (20-21)
9). Warisan kecerdikan (ay.22).
10. Warisan kemurahan (23)
11. Warisan hikmat (ay.24-25)
12. Warisan kekuatan (ay.26-29)

Saudara, inilah 12 “warisan rohani” yang tidak dapat dibeli dengan uang, warisan yang jauh lebih berharga dari emas dan perak, dan tidak habis dimakan waktu. Yang mendatangkan pengaruh baik, yang diimpartasikan ke dalam diri generasi berikutnya. Sebagai kepala keluarga, sebagai pemimpin gereja, dan pemimpin masyarakatsetiap bertanggung jawab untuk mempersiapkan, meninggalkan, dan menjaga warisan rohani bagi generasi berikutnya. Inilah pundi-pundi yang berisikan kebaikan-kebaikan ilahi yang seharusnya kita tanamkan dalam hidup generasi kita. Warisan yang mengandung nilai-nilai dasar rohani kerajaan Allah yang kekal. AMIN! *(KU).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar