I Tesalonika 4:1-12
Sneca, seorang ahli filsafat
dari Roma pernah mengatakan, bahwa: “Perempuan dinikmati untuk
diceraikan, dan diceraikan untuk dinikahi.” Dalam nada yang hampir sama,
Demosthenes, seorang ahli filsafat dari Yunani juga pernah mengatakan:
“Kita memelihara orang sundal untuk kesenanga; kita memelihara gundik
untuk keperluan badani sehari-hari; kita memelihara isteri untuk beranak
dan memelihara rumah tangga.” Sebelum menjadi Kristen, kebiasaan
tersebut juga menjadi kebiasaan orang Kristen di Tesdalonika, sehingga
ada kemungkinan mereka tergoda kembali kepada hal tersebut. Inilah yang
menjadi latar belakang, nas ini ditulis, dimana Rasul Paulus menuntut
pengudusan bagi setiap orang percaya.
Rasul
Paulus menghendaki supaya jemaat berhati-hati dan tidak ceroboh dalam
menjalani kehidupan ini. Hal tersebut nyata dari apa yang
diungkapkannya: “Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus
“hidup” supaya berkenan kepada Allah. Kata “hidup” dalam Alkitab
seringkali juga dapat berarti “hidup kekal” atau juga “tingkah laku”.
Orang Kristen dituntut untuk memiliki martabat hidup yang lebih tinggi
(pengudusan) dari masyarakat di sekitar yang biasa dengan kehidupan yang
tidak sesuai dengan kehendak Allah (kafir). Pergumulan kita jaman
sekarang, kita melihat ada banyak orang Kristen yang kembali pada
perbuatan-perbuatan cemar seperti perzinahan, perselingkuhan, perceraian
dengan begitu mudah. Padahal Tuhan memanggil kita menjadi jemaat-Nya,
bukanlah untuk melakukan yang cemar, melainkan apa yang kudus (ay.7).
Martabat hidup sebagai orang
percaya mesti tergambar dari sikap moral etis, serta cara hidup setiap
hari. Dalam sikap etis moral, semestinya orang-orang percaya lebih
bersungguh-sungguh lagi dalam hal kasih dan kesetiaan, menghormati
pernikahan yang sesuai dengan azas kekristenan (monogami). Kasih Yesus
harus menjadi pola hidup kita, karena kasih itu sendiri merupakan
hakikat atau kesempurnaan Allah. Karena itu, kasih Yesus harus menjadi
sumber dari segala kebajikan dan inspirasi hidup kudus kita.
Dalam segi cara hidup, orang
Kristen mestinya melakukan pekerjaannya sehari-hari dengan tenang, rajin
dan efisien. Pemikiran bahwa Kristus akan datang segera, bukanlah suatu
alas an untuk berhenti bekerja, apalagi untuk bermalas-malasan. Orang
Kristen mesti lebih giat dan setia dalam melaksanakan pekerjaannya
sehari-hari. Sehingga ketika Tuhan datang, Ia menemukan kita sedang
bekerja, atau kita “menemukan dan menyaksikan” Tuhan melalui pekerjaan
kita.
Tidak ada cara lain untuk
menyaksikan bahwa kekristenan lebih baik dari yang lain dalam kehidupan
ini selain dari bagaimana kita menampilkan diri sebagai manusia yang
baik, memperlihatkan moral etis yang baik, bekerja dengan baik, menjadi
seorang teman yang lebih baik, dan menjadi orang yang dapat dipercaya.
Karena dari situlah terlihat kebenaran yang sesungguhnya, seperti
pepartah mengatakan bahwa pohon dikenal dari buahnya. Karena Tuhan
memanggil kita menjadi jemaat-Nya, bukanlah untuk melakukan yang cemar,
melainkan apa yang kudus. AMIN. *(KU).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar