Lukas 7:36–50
Dapat kita bayangkan situasi pesta yang diselenggarakan oleh seorang yang bernama Simon dalam nas ini. Tentu ini bukanlah pesta biasa, tetapi pesta istimewa. Maklum, Simon adalah seorang sosok yang dianggap terhormat di lingkungan sosial masyarakatnya. Tentu yang diundangnya juga adalah para orang terpandang setingkat pejabat. Orang-orang dari kalangan terhormat. Yesus pun rupanya diundang juga ke perjamuan tersebut. Namun apa dinyana,rupanya, di tengah suasana pesta yang mulia dan terhormat, terjadi suatu peristiwa yang sebenarnya tidak diharapkan. Tamu tak diundang datang ke tengah pesta, merusak pemandangan. Ya, karena yang datang adalah seorang perempuan hina, bahkan diberi embel-embel sebagai “pelacur” kelas kakap! (ay. 37).
Oh..., suasana pesta si Simon yang terhormat seolah tercoreng begitu saja dengan kehadiran tamu yang satu ini! Bayangkan seorang pelacur, seorang pendosa ada di tengah-tengah pesta para orang terhormat. Situasi yang seharusnya tidak diinginkan terjadi. Namun itu pernah terjadi. Sungguh-sungguh terjadi di luar dugaan di tempat pesta si Simon orang terpandang! Disaksikan puluhan hingga ratusan mata geram yang memandang! Lalu apa yang dilakukan perempuan ini? Astaga... Perempuan ini datang sambil menangis. Tangis dibawa-bawa ke tempat orang bersukaria? Merusak suasana pesta?!
Oh... situasi rusaknya pesta semakin menjadi-jadi manakala perempuan jalang ini duduk mendekat kumpulan para tamu laki-laki terhormat! Sungguh suatu tindakan yang sangat merusak! Tidak terpuji! Merusak tatanan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat Yahudi. Malah ia duduk dekat kaki Yesus, membasahi kaki Yesus dengan air matanya, lalu minyaki dengan minyak yang mahal dan menyekanya dengan rambutnya! Astaga..... Suatu sikap penghormatan yang luar biasa. Suatu tindakan rasa merendahkan diri yang tidak mampu terucap dengan kata-kata.
Namun itu dilakukan oleh seoran perempuan pendosa yang hina, bukan oleh seorang Simon yang mulia!
Saudara, bukankah biasanya bila berangkat ke sekolah umpama, seorang anak paling banter hanya mencium tangan papi maminya saja? Tidak sampai mencium kakinya segala sebagai tanda kehormatan?! Bukankah antara tuan rumah dan para tamu undangan yang datang ke pesta, umpama (juga yang biasa terjadi di Indonesia yang sudah ke-Barat-Baratan) biasanya paling-paling hanya cium pipi saja sebagai tanda simpatik keramahan? Tidak sampai cium kaki segala?! Namun itu sungguh-sungguh dilakukan oleh seorang perempuan berdosa ini kepada Yesus, bukan oleh Simon atau oleh orang terhormat, atau oleh orang suci yang mengaku beragama!
Lalu apa tindakan Simon sebagai tuan rumah yang empunya pesta kehormatan? Atau reaksi para tamu istimewa yang diundang? Oh.... pasti dapat Anda duga! Lontaran kritik pedas dari sana sini, tentu saja! Dengan bermacam versi dan gaya seperti yang biasa terjadi juga dalam situasi kehidupan nyata kita! Coba baca saja dalam nas in! Simon juga tidak kalah pedasnya mengkritik, baik kepada Yesus, juga kepada perempuan ini (walau itu dilakukannya hanya dalam hati!).
Apa kritik Simon dalam hati kepada Yesus? Nah, ini! Simon melecehkan kredibitas salah satu jabatan Yesus sebagai nabi yang “Maha Tahu”! Sebab jika Yesus itu “Maha Tahu” (demikian katanya dalam hati), mestinya Ia menegor atau mengusir perempuan pelacuri ini. Karena najis hukumnya?! Hanya yang tidak kalah menarik, si Simon sendiri serba terjepit, dan ia sendiri tidak berani mengusir perempuan sundal ini. Ada apa dengan Simon yang satu ini, kelihatannya terhormat di masyarakat ini? Jangan-jangan si Somon adalah salah seorang langganan si perempuan sundal ini? (Akh, maaf.... ini cuma dugaan saja....!). Tapi bila dugaan itu misalnya benar? Nah...nah...nah...! Pantas saja si Simon tidak berani mengusirnya. Sebab bila sampai Simon mengusirnya, dapatkah Anda bayangkan bagaimana pelacur ini menempelak Simon di tengan orang banyak, bahwa ia juga salah satu langganannya? Bisa jadi, karena nyatanya Simon hanya berani mengkritik di dalam hati! Eheeem....!
Apa kritik Simon dalam hati kepada perempuan ini? Terang bagai siang, karena jelas-jelas dalam nas ini menyebutkan, bahwa Simon juga melecehkan status perempuan ini, tidak ubahnya seperti sampah saja di matanya! Jelas-jelas Simon juga menghakimi perempuan ini sebagai yang dianggap pelacur orang “berdosa”, calon penghuni neraka tak berguna! Oh....betapa sulitnya seseorang menerima kehadiran sesamanya bila dianggap memiliki reputasi buruk di tengah-tengah mereka. Seorang perempuan yang dikenal umum berprofesi sebagai perempuan sundal dianggap berdosa dan sangat tidak layak berada di tengah-tengah orang Farisi, orang suci, orang terhormat! Toh pun perempuan ini sekarang telah bertobat!
Lalu reaksi para undangan terhormat, para tokoh Farisi, orang saleh, orang terhormat lainnya? Dari nas yang sejajar, dalam cerita yang sama (bdk. Mat. 26:8-9; Mrk. 14:4; Yoh. 12:4-5), tidak kurang si Yudas bendaharawan terhormat juga tidak kalah pedasnya memberikan kritik pedas! Menurut Yudas, minyak narwastu itu mahal, bernilai ekonomis tiga ratus dinar. Lebih berguna uang sebesar itu dibagikan kepada orang miskin. Tujuan penggunaan uang hasil penjualan narwastu itu benar mulia. Eittt, tapi tunggu dulu, lihat motivasinya..!!! Apa sesungguhnya yang ada di otak Yudas? Karena sebenarnya bukan karena ia memperhatikan nasib orang–orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri. Yudas tidak tulus untuk memberi kepada orang–orang miskin. Yudas menghargai Yesus terlalu rendah sehingga ia protes ketika perempuan berdosa ini meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya.
Sekarang, apa reaksi Yesus sendiri? Nah, ini perlu kita renung dalam-dalam! Dugaan Simon ternyata meleset! Ternyata Yesus sungguh-sungguh Maha Tahu. Ternyata Tuhan Yesus menunjukkan kepekaan seorang nabi; Ia tahu apa yang ada di benak Simon (ay.40), dan hal ini sangat mengejutkan Simon. Ironisnya, Tuhan Yesus tidak menanggapi pertanyaan tersebut, Ia malah memberikan contoh ilustrasi tentang dua orang yang berhutang dan kedua-duanya dibebaskan dari hutang. Menarik sekali, Simon sebenarnya tahu jawabannya tapi ia tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut; ia enggan menjawab namun ia tahu pertanyaan itu harus dijawab.
Yesus langsung memberikan tiga perbandingan (ay. 41-45 ): (1) Perempuan itu membasuh kaki Yesus dengan air mata sedang Simon tidak, (2) Perempuan itu menciumi kaki Yesus dengan tiada henti-hentinya sedang Simon tidak, (3) Perempuan itu meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi sedang Simon tidak meminyaki kepala Yesus bahkan dengan minyak biasa. Yesus memberikan cara pandang yang seharusnya orang lakukan, bila mengaku bertobat, bila sungguh-sungguh sebagai orang beragama atau orang terhormat. Terhormat dalam pandangan Allah Yang Maha tahu, tentu saja!
Saudara, siapa sebenarnya perempuan ini? Kenapa namanya tidak disebut di sini? Saudara, rupanya penulis Injil Lukas sengaja tidak mencantumkan nama perempuan ini di sini, tidak ingin mempermalukannya (kode etik), terlebih karena ia sudah cukup menderita, jangan lagi menambah penderitannya. Berbeda dengan manusia-manusia pada umumnya, sudah baik dan banyak sekali pun yang dilakukan sesdamanya, pengakuan dan penghargaan pun terkadang bisa jarang dilakukan. Apalagi bila itu dilakukan oleh para mantan pelacur, mantan narapidana, atau oleh orang-orang kecil biasa. Walau sekarang mereka telah bertobat! Berbeda dengan orang besar, sekali saja berbuat kebaikan hal yang biasa, bisa jadi namanya terpampang di koran dengan huruf-huruf besar! Walau itu dengan motivasi sekedar menutupi dosa yang lebih besarlagi!
Bila kita membaca dalam nas lain, dalam cerita yang sama (Yoh.12:3), kita temukan bahwa nama perempuan ini adalah Maria, atau lengkapnya Maria Magdalena. Di masa lalunya, ia disembuhkan oleh Yesus dari penyakitnya, yaitu yang dicatat: "Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan." (Luk. 8:2; bdk.Mrk.16:9). Perempuan yang bernama Maria ini bukan saja mengorbankan apa yang mungkin merupakan seluruh tabungannya, ia juga mempertaruhkan reputasinya. Dalam budaya Timur Tengah abad pertama, wanita terhormat tidak pernah memperlihatkan rambutnya di depan umum. Namun ibadah yang benar tidaklah peduli pada apa pendapat orang lain tentang kita (bdk.2 Sam. 6:21-22).
Kenapa dan apa alasannya hingga ia sanggup melakukan perkara besar, bahkan bila kita mau jujur mungkin jarang, malah mungkin tak pernah dilakukan oleh orang yang mengklaim dirinya beragama, suci, dan sebagai orang terhormat?! Permohonan ampun memang dilakukan juga, namun yang hanya sebatas doa kepada Tuhan dalam kata-kata basa-basi saja? Tanpa aksi nyata, apalagi tindakan besar seperti yang dilakukan perempuan berdosa yang satu ini! Untuk menyembah Yesus, Maria rela dianggap sebagai seorang wanita yang tidak sopan, bahkan mungkin tidak bermoral. Namun iman dan pengabdiannya kepada Tuhan merupakan teladan tertinggi dari apa yang diinginkan Allah dari orang percaya.
Tetapi kita harus hati-hati dalam mengartikan ayat 47; ayat tersebut seolah-olah menggambarkan pada kita bahwa karena ia telah berbuat kasih maka dosanya diampuni. Itu keliru besar! Justru sebaliknya, Tuhan terlebih dahulu mengampuni dosa perempuan itu dan sebagai ucapan syukurnya, ia berbuat kasih. Menurut penafsiran, dilihat dari konteks sebelumnya dan sesudahnya maupun dari bahasa aslinya, lebih tepat diterjemahkan dengan “sebab itu.“ Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab itu ia banyak berbuat kasih (Luk. 7:47).
Dari fakta-fakta yang ada dalam Alkitab, kita dapat menarik kesimpulan bahwa perempuan tersebut telah bertobat sebelumnya. Ia telah terlebih dahulu membuka diri, diisi oleh kasih Tuhan, dan telah menerima pengampuanan besar dari Allah terlebih dahulu (bdk. ayat sebelumnya 18-35). Kesadaran ini, membuatnya mengasihi lebih daripada yang dilakukan orang lain. Perempuan ini melakukan perbuatan yang lebih dari batas sewajarnya dan paling berharga, karena keluar dari lubuk hati yang terdalam sebagai tanda ucapan syukurnya atas pengampunan dosa yang telah ia terima. Karena itu sebagai ungkapan syukurnya, ia berbuat kasih; ia menyadari hutangnya terlalu besar untuk diampuni, namun Tuhan Yesus mau berkenan mengampuni dosanya yang banyak itu.
Karenanya, untuk menyembah Yesus, Maria rela dianggap sebagai seorang wanita yang tidak sopan, bahkan mungkin tidak bermoral. Namun iman dan pengabdiannya kepada Tuhan merupakan teladan tertinggi dari apa yang diinginkan Allah dari orang percaya. Dan lihatlah, seperti yang dicatat dalam kitab-kitab Injil, bahwa ia juga adalah sebagai orang pertama yang bertemu Yesus setelah bangkit dari kematian, dan orang pertama yang mengabarkan tentang "Yesus yang bangkit" kepada murid-murid yang lain. Luar biasa! Seorang perempuan yang dianggap hina, namun pertobatannya bukan sekedar sebatas kata-kata doa permohonan ampun semata! Imannya tidak sekedar teori saja, tapi mempersembahkan, bahkan mempertaruhkan yang terbaik dari seluruh hidupnya! AMIN! *(KU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar