Jumat, 20 Juli 2012
MANUSIA DIBENARKAN HANYA OLEH IMAN
Roma 3:21-28
Rasul Paulus menyatakan bahwa manusia dibenarkan hanya oleh iman (sola fides), bukan oleh perbuatan! Ini menarik! Apa memang cukupkah manusia diselamatkan hanya oleh iman? Bukankah rata-rata orang mengatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman + perbuatan? Wah…wah…wah… kelihatannya menurut pandangan ini bahwa untuk masuk sorga itu mudah. Ya, asal percaya, titik! Dan memang banyak orang percaya berlaku demikian. Asal dibaptis, cukuplah… pasti selamat. Asal percaya kepada Yesus, ya selamat! Tanpa perbuatan. Kan katanya kita diselamatkan hanya oleh anugerah Allah. Yang penting kita selamat. Itukah maksudnya?
Sebenarnya bila kita perhatikan bahwa Paulus bukan sama sekali meniadakan perbuatan. Karena sebenarnya Surat Paulus kepada jemaat di Roma hendak melawan ideologisasi agama Yahudi. Ideologi terjadi ketika keamanan diri manusia diandalkan pada manusia, bukan pada Tuhan. Paulus mengeritik kalangan Kristen-Yahudi yang menjaminkan hidupnya pada perbuatan dan pentaatan Hukum Taurat (legalisme Yahudiah), bukan pada iman yang terungkap dalam cinta kasih. Orang Kristen –Yahudi berpendapat bahwa Kristus memang sudah wafat dan bangkit, tetapi kita juga harus taat pada Hukum Taurat agar kita selamat. Paulus menegaskan bahwa hanya iman kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan, bukan pentaatan kepada Hukum Taurat. Paulus lebih pada refleksi teologis apologetis, daripada pertentangan iman dan perbuatan yang baik.
Apabila Paulus mengatakan, bahwa “Manusia dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan.”, lalu apa maksudnya? Kata kebenaran dan pembenaran berasal dari kata “dikaiosune”, menyatakan seseorang itu sebagai yang benar. Kata ini dalam penulisan Paulus dipakai dalam pengertian forensic atau legal, yaitu sebagai tindakan menyatakan seorang berdosa sebagai seorang yang benar. Tetapi bukan berarti menjadikan benar, melainkan menyatakan sebagai benar. Dengan kata ini juga, Paulus memaksudkan pemberlakukan secara legal, pembenaran Kristus kepada orang berdosa yang percaya. Kej. 15:6 Abraham percaya kepada Tuhan dan Tuhan memperhitungkannya sebagai kebenaran. Artinya, iman kepada Allah itu diperhitungkan oleh Allah kepada Abram sebagai kebenaran yang berarti oleh iman Abraham dibenarkan. Iman dalam bahasa aslinya (pistis) sama dengan percaya. Jadi kita dibenarkan karena kita percaya kepada Injil. Dalam 1 Kor. 15:2-4 dikatakan bahwa kita dibenarkan karena percaya Kristus yang mati, dikuburkan, dan dibangkitkan. Dengan kata lain bahwa keselamatan itu hanyalah karena perkerjaan Tuhan100%, dan usaha manusia 0%. Iman itu dibenarkan Allah dan pemberian Allah juga.
Pembenaran itu sendiri merupakan karya Allah yang esensial di dalam kehidupan orang percaya. Pembenaran artinya Allah menyatakan bahwa seorang yang pendosa menjadi orang yang benar. Ia melakukan pembenaran ini dengan menaruh, mengenakan kebenaran Yesus kepada orang berdosa tersebut. Hal ini hanya terjadi karena iman. Yakni, ketika si pendosa beriman kepada pengorbanan Yesus dan percaya kepada Dia, lalu Allah membenarkan si pendosa ini. Ketika seseorang dibenarkan dan dikuduskan oleh Allah, maka seharusnya ia juga menyadari bahwa hidupnya haruslah difokuskan kepada Allah yang menjadi pemilik dari hidupnya. Dengan demikian, bukan lagi berfokus kepada keberadaannya sebagai manusia, melainkan kepada Allah yang telah mengerjakan pekerjaan yang sempurna dalam hidupnya. Sehingga dengan demikian, baik hidup maupun kebenarannya diarahkan untuk melayani dan untuk memuliakan Tuhan.
Keselamatan kita itu datang sebagai karunia Allah. Tetapi hanya dapat diterima oleh tanggapan manusia melalui iman. Iman kepada Yesus Kristus adalah satu-satunya syarat yang diminta Allah untuk keselamatan. Karena itu tidak berlebihan bila William Barclay mengatakan bahwa kitab Roma (secara khusus Rm. 1:16-17) itu adalah initisari daripada Injil. Martin Luther bertobat juga karena bagian firman ini. Melalui bagian ini Martin Luther baru menyadari bahwa keselamatan itu bukan karena usaha sendiri tetapi karena anugerah Tuhan. Iman bukan hanya pengakuan tetapi juga tindakan yang muncul dari hati oleh orang yang sudah percaya. Iman punya arti yang dalam. Selain kesetian, ketaatan yang teguh, percaya, keyakinan, harapan yang teguh, sikap menerima secara mutlak, dan percaya tanpa syarat. Arti kata membernarkan: Allah itu memperlukan orang yang berdosa seolah-olah orang itu tidak pernah berbuat dosa sama sekali.
Kalau kita bandingkan dengan konteks surat Yakobus (Yak. 2:14-26) yang menekankan soal perbuatan, bahwa sebenarnya tidak ada pertentangan antara Yakobus dengan Paulus. Mereka berbicara kepada kelompok yang berlainan. Jika Paulus berbicara tentang perbuatan, yang ia maksudkan ialah peraturan Hukum Taurat yang dianggap kelompok Kristen-Yahudi tetap mengikat. Sebaliknya jika Yakobus berbicara tentang perbuatan, seperti tampak dalam konteks perbuatan kebajikan, yang dikaitkan dengan kewajiban dasariah seperti kasih persaudaraan, ketaatan, dan lainnya. Dengan kata lain bahwa Yakobus hanya mengemukakan lingkup kasih. Karena itu sebenarnya bahwa kedua ajaran itu bukan bertentangan tetapi saling melengkapi.
Lalu apakah perbuatan kita tidak punya arti sama sekali dalam rangka usaha mencapai keselamatan? Oh, tidak! Tidak sama sekali! Bukan itu maksudnya! Perbuatan baik memang perlu, tapi itu bukan dalam rangka meraih keselamatan. Karena hal itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia berdosa! Bila manusia merasa mampu mencapai keselamatan dengan perbuatan baiknya, itu kesombongan namanya! Perbuatan baik itu memang perlu, tetapi harus dipahami dalam rangka perwujudan iman yang benar. Iman yang hidup. Iman yang bertumbuh dan berbuah. Bukankah Allah berkata dalam Efesus 2:8-10, ""Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.""
Apabila dikatakan bahwa kita dibenarkan melalui iman artinya bahwa kita dinyatakan benar di mata Allah melalui iman kita Namun jika iman itu benar, tentu akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang sesuai untuk mendapat keselamatan. Apabila Paulus mengatakan orang dibenarkan karena iman, maksudnya ialah iman yang sudah dibentuk dan dihidupi oleh kasih adikodrati. Ketika seseorang dibenarkan dan dikuduskan oleh Allah, maka seharusnya ia juga menyadari bahwa hidupnya haruslah difokuskan kepada Allah yang menjadi pemilik dari hidupnya. Dengan demikian, bukan lagi berfokus kepada keberadaannya sebagai manusia, melainkan kepada Allah yang telah mengerjakan pekerjaan yang sempurna dalam hidupnya. Sehingga dengan demikian, baik hidup maupun kebenarannya diarahkan untuk melayani dan untuk memuliakan Tuhan. AMIN. *(KU).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar