Renungan GKE

Jumat, 20 Juli 2012

BILA DOSA SUDAH BAGAI KUALI YANG BERKARAT


Yehezkiel 24:1-14

Untuk menggambarkan keadaan yang akan menimpa Yerusalem sebagai bentuk penghukuman Allah atas dosa-dosa mereka, Allah memberikan kepada nabi Yehezkiel sebuah alegori dan perumpamaan yang harus ia peragakan untuk disampaikan. Dia harus membakar kuali yang berkarat (Yerusalem), mengisinya dengan air, dan memasukkan potongan daging (penduduk Yerusalem). Dia harus menumpuk bahan bakar di bawahnya untuk membuatnya mendidih hingga panas membara (pengepungan dan kekejaman) sebagai gambaran akan apa yang mereka alami. Lalu dia harus menarik potongan-potongan daging tanpa pilih-pilih dari kuali itu (perserakan universal ketika pengepungan itu berakhir). Berikutnya, dia harus meletakkan kuali yang kosong itu di atas batu bara supaya karat dan kotorannya bisa diluluhkan dan hilang (penghakiman yang menyucikan akan berlanjut setelah kehancuran kota itu).

Penghukuman Allah memang tepat terjadi seperti apa yang digambarkan melalui peragaan yang disampaikan nabi Yehezkiel. Nabi Yehezkiel menerima berita ini pada hari yang sama dengan permulaan pengepungan Yerusalem oleh pasukan Babel. Serbuan ini berlangsung sekitar dua tahun dan mengakibatkan kebinasaan seluruh Yerusalem. Yerusalem akan menjadi seperti sebuah kuali dan penduduknya akan seperti potongan daging dan tulang pilihan. Daging dan tulang akan dimakan pasukan Babel, setelah isi kuali itu habis, kuali itu akan dimurnikan selanjutnya dengan hukuman, yaitu hukuman yang digambarkan, ibarat kuali berkarat yang tembaganya menjadi merah, kotorannya hancur, dan karatnya hilang (ayat 11).

Bila waktu itu sudah tiba, tidak ada seorang pun yang dapat meluputkan diri. Dosa umat Tuhan begitu berat ibarat karat pada kuali yang sudah begitu melekat, sehingga dipanaskan sampai pijar pun, karat itu tidak juga lepas (ayat 12). Dosa juga dilakukan umat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kenajisan dengan kemesuman telah menjadi satu praktik yang telah menyatu padu bahkan sulit untuk dibedakan dan dibersihkan. Maka perlu perlakuan yang keras dan radikal untuk membersihkannya.

Kita sering cepat-cepat menggerakkan kaki kita untuk melarikan diri dari pertolongan-Nya. Tidak jarang, bukanlah pertobatan melainkan semakin menjauh dan menolak Allah dengan tangan kita yang "kecil". Hal demikian tentu membuat hati Allah pedih. Karena itu, ada saatnya Allah mengumumkan ketegasan-Nya menindak kita seperti Ia menindak Israel. Karena Yerusalem menolak Allah membersihkannya dari segala kecemarannya, maka ia harus berhadapan dengan murka Allah yang hebat. Semua yang Tuhan lakukan ini semata-mata karena Dia mengasihi umat-Nya dan ingin memurnikannya lagi (ayat 13).

Gambaran Allah yang jelas ini seharusnya membuat kita sadar bahwa sepanjang masa Allah tidak pernah berkompromi dengan dosa. Namun kita patut bersyukur kepada Tuhan, walau dosa-dosa kita bagaikan karat yang melekat erat dan susah untuk dilepaskan, anugerah-Nya jauh lebih besar dan dahsyat untuk menyelamatkan kita. Kristus sudah mati, menanggung hukuman dosa-dosa kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk memerdekakan kita dari belenggu dosa yang paling keras. Namun tidak berarti kita boleh sembarangan hidup. Bila kita, sebagai anak-anak Tuhan, bermain-main dengan dosa, maka Dia akan memurnikan kita dengan cara yang keras dan menyakitkan. Waspadalah! Janganlah bermain-main dengan dosa, dan jangan anggap sepi penghukuman-Nya. AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar