Lukas 16:19-31
Menurut saudara, apakah sebabnya seorang kaya yang diceriterakan dalam Injil Lukas ini tidak masuk sorga, sedangkan Lazarus yang sangat menderita dan miskin mendapat tempat dalam kemuliaan Allah di sorga? Apakah si orang kaya ini masuk neraka, alasannya hanya karena dia kaya, dan Lazarus masuk sorga hanya karena dia miskin? Apakah "kaya" itu dianggap sesuatu yang duniawi, jahat, rendah dan kotor? Lalu "miskin" itu dianggap sesuatu yang rohani, baik, suci dan mulia, sehingga dianggap sebagai syarat yang ideal untuk masuk sorga? Saudara, kita keliru besar bila memiliki pemikiran seperti itu. Sebab kekayaan menurut Alkitab juga merupakan berkat atau anugerah Tuhan, bukan pemberian setan! Sedangkan kemiskinan itu pun bukanlah sesuatu yang ideal atau syarat untuk masuk sorga.
Alkitab sendiri banyak berbicara
tentang kekayaan dalam nada yang positif. Raja Daud misalnya, mengakui
bahwa kekayaan itu juga adalah pemberian Tuhan: "Sebab kekayaan dan
kemuliaan berasal dari pada-Mu..." (I Taw.l 29:12). Dalam Mazmur 112:1, 3
berkata: "Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang suka kepada
segala perintah-Nya. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya." Juga dalam
Pengkhotbah 5:18 diikatakan: "Setiap orang yang dikaruniai Allah
kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima
bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya - juga itupun
karunia Allah."
Lalu mengenai kemiskinan?
Alkitab sendiri tidak selalu berbicara dalam nada yang positif tentang
kemiskinan! Amsal 13:18 sendiri berkata: "Kemiskinan dan cemoh menimpa
orang yang mengabaikan didikan." Kemudian Amsal 28:19 berkata: "Siapa
mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makaqnan, tetapi siapa yang
mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinannya." Juga
dalam Amsal 10:15b dikatakan: "...tetapi yang menjadi kebinasaan bagi
orang melarat ialah kemiskinannya." Saudara, apabila kita memahami dari
keterangan ayat-ayat Alkitab di atas, jelaslah bagi kita bahwa
kemiskinan itu pun bukanlah menjadi jami8nan untuk masuk sorga dan
kekayaan juga bukanlah menjadi alasan untuk masuk neraka. Atau dengan
kata lain, tidak semua orang kaya harus masuk neraka dan tidak semua
orang miskin otomatis menjadi penghuni kemuliaan sorga!
Saudara, lalu di mana letak
kesalahan si orang kaya dalam nas ini sampai ia masuk ke neraka? Si
orang kaya ini masuk neraka bukanlah hanya karena dia kaya, tetapi letak
kesalahannya ialah karena ia mengubah fungsi kekayaan itu bukan sebagai
alat, tetapi sebagai "tuhan" dan tujuan. Sehingga yang muncul adalah
ketamakan. Dan ketamakan menurut Alkitab adalah akar segala kejahatan.
Yang salah dari si orang kaya ini adalah, karena oleh kekayaannya ia
semakin mengarah kepada dirinya, bukan kepada sesama. Ia menjuadi lupa
diri atau takabur atas berkat yang diberikan Tuhan kepadanya.
Orang kaya dalam Injil Lukas ini
masuk neraka memang bukan karena ia menipu atau merugikan orang lain,
tetapi kekayaannya itu dianggapnya satu-satunya yang paling berharga.
Bahkan lebih berharga dari keselamatannya sendiri. Itulah yang
menjadikannya tidak rela perduli kepada Lazarus yang miskin tergeletak
di depan pintu rumahnya, sementara ia bersukaria dalam kemewahannya
tiap-tiap hari. Pada dasarnya Alkitab tidak pernah anti terhadap orang
kaya, sebab Allah adalah Allah semua orang, baik bagi orang kaya maupun
bagi orang miskin. Yang Allah anti adalah, orang-orang kaya yang tidak
mau berbagi, kikir dan serakah! Apalagi bila sampai memeras dan menindas
sesamanya yang miskin. Bila ini yang terjadi, maka Tuhan akan berdiri
di pihak yang tertindas dan melawan si penindas! Yang Allah anti adalah,
orang-orang kaya yang miskin akan keperdulian, kemurahan dan kasih.
Lalu mengenai kemiskinan? Apakah
Lazarus masuk sorga alasannya hanya karena dia miskin? Saudara, Lazarus
masuk dalam kerajaan sorga alasannya bukanlah hanya karena dia miskin,
tetapi karena Allah mau menyatakan kasih-Nya yang besar. Kasih yang
tidak terbatas oleh apapun. Kasih-Nya berlaku bagi siapapun dan orang
yang bagaimana jua pun. Bahkan bagi orang-orang yang dianggap paling
hina, paling sengsara dan tidak berdaya seperti Lazarus sekalipun.
Tetapi ini bukanlah berarti Yesus mengagung-agungkan kemiskinan atau
menjadikannya syarat yang ideal untuk masuk sorga. Menurut Alkitab,
kemiskinan juga justru tidak ideal! Contohnya, seperti dalam perumpamaan
"Anak Yang Hilang" (Lukas 15), yang kelaparan dan melarat, sampai
mengisi perutnya dengan ampas makanan babi. Dalam situasi seperti itu,
apa yang dapat diharapkan sebagai sumber daya manusia yang tangguh,
berprestasi dan berkualitas?! Bila orangnya saja kekurangan gizi,
sakit-sakitan, apa yang dapat diharapkan ibaratnya ia seorang
olahragawan?
Bagaimana dapat berkarya
semaksimal mungkin, sementara perut keroncongan? Kemiskinan sauadara,
kadang-kadang justru membuat orang sulit untuk membuka diri terhadap
sesama. Sebab bila kebutuhan sendiri saja sudah tidak terpenuhi,
bagaimana mungkin dapat memikirkan kebutuhan orang lain? Andai kata bila
untuk membeli makanannya saja sudah tidak ada uang, bagaimana mungkin
dapat memberi persembahan? Orang miskin pun bisa kehilangan martabatnya
bila ia diperbudak oleh kemiskinannya. Diperbudak oleh kemiskinan
berarti, dipenjarakan oleh rasa rendah diri, merasa tidak berdaya dan
putus asa. Lalu tidak lagi merasa mampu berbuat apa-apa. Tidak jarang,
inilah juga alasan bagi orang miskin untuk menghindar dari tanggung
jawab. Alasan untuk tidak dapat mengabdi, tidak taat dan tidak mampu
berkorban. Kadang-kadang, kemiskinan juga dapat menciptakan peluang
terhadap segala jenis kejahatan. Contohnya, seorang melarat yang sampai
menjadi penjahat. Juga seorang penjahat yang disalibkan di sebelah kiri
Yesus dan menjadi murtad (Lukas 23:29).
Sebenarnya dalam nas ini Yesus
tidak berbicara soal kekayaan atau kemiskinan untuk menjadi syarat masuk
sorga. Tetapi Yesus justru mengoreksi sikap orang-orang yang keliru
tentang soal kekayaan dan kemiskinan. Artinya, salahlah kita apabila
mengagung-agungkan orang secara berlebihan hanya karena dia kaya atau
pun melecehkan dan menganggap rendah orang hanya karena dia miskin.
Salah pulalah kita bila oleh kekayaan lalu mau berbuat seenaknya.
Apalagi bila sampai menginjak-injak hak dan martabat orang.
Lalu soal
kemiskinan? Salah jugalah kita bila karena kemiskinan kita lalu putus
asa, bahkan sampai menjual harga diri hanya demi sesuap nasi. Apalagi
bila sampai merampok atau menipu orang. Alkitab tidak pernah melarang
orang orang menjadi kaya, hanya kekayaan memang berbahaya dan selalu
menggoda. Berbahaya, karena tidak jarang membuat orang menjadi lupa diri
dan lupa Tuhan! Menggoda, karena tidak jarang membuat orang seolah-olah
telah memiliki sorga yang sesungguhnya. Untuk itu, Yesus pun telah
mengisyaratkan: "Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada."
(Luk.12:34). Namun Alkitab tidak pernah menganjurkan orang untuk menjadi
miskin. Tetapi kemiskinan uga berbaya. Tidak jarang dapat membuat orang
menjadi nekad dan tidak dapat perpikir panjang.
Saudara, orang kaya tidak selalu
harus masuk neraka andakata ia memiliki sikap yang berbeda dari orang
kaya yang ada dalam Injil Lukas ini. Lihat saja Lidia, seorang pengusaha
besar, pedagang kain ungu dari Tiatira. Ia kaya, namun sangat berbakti
kepada Tuhan. Tidak sedikit bantuan dan fasilitas yang ia sediakan untuk
menunjang pelayanan Rasul Paulus. Lihat juga Zakeus, seorang milyuner
dari kota Yerocho! Ia kaya, namun setelah pertobatannya ia penuh dengan
keperdulian, kemurahan dan kasih. Bahkan separoh dari harta miliknya
diperuntukkannya bagi pelayanan (Kis.16:13-15, 40; Lul.19:1-10).
Dalam
kehidupan bergereja juga tidak sedikit orang-orang kaya yang memiliki
sikap seperti itu. Haruskah orang-orang kaya seperti ini sampai masuk
neraka? Orang miskin pun tidak perlu sampai kehilangan jatah masuk
sorga, andaikata kemiskinannya bukan menjadi alasan untuk tidak dapat
taat, mengabdi, beriman, berbuat kebenaran dan kasih. Lihatlah warga
jemaat di Smirna. Mereka sangat menderita dan miskin, namun mereka kaya
dalam iman, kasih, ketekunan dan pelayanan (Why.2:8-11). Dalam kehidupan
bergereja pun tidak sedikit orang-orang miskin yang memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi. Jangan heran bila orang miskin seperti ini
kaadang-kadang lebih baik dalam bersyukur ketimbang sebahagian orang
kaya. Contohnya seorang janda miskin dalam Alkitab.
Saudara, Persoalannya sekarang
bukanlah soal kekayaan atau pun kemiskinan yang akhirnya menentukan.
Melainkan bagaimana sikap kita menjalankan kehidupan, entak kita sebagai
seorang kaya atau seorang yang miskin. Berbahagialah orang-orang kaya,
mana sudah kaya, kaya pula di hadapan Allah. Dan berbahagialah juga
orang-orang miskin, yang walaupun miskin tetapi kaya di hadapan Allah.
Tetapi yang paling celaka adalah, orang yang mana sudah miskin, miskin
pula di hadapan Allah. Miskin akan iman, miskin kasih, miskin
pengabdian, miskin kebenaran, dan miskin akan ketaatan. Pokoknya, miskin
dunia akhirat. Dan ini yang pasti tidak idel, tidak layak jadi penghuni
sorga! AMIN. *(KU).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar