Renungan GKE

Jumat, 20 Juli 2012

MASUK SORGA BUKANLAH SOAL MISKIN ATAU KAYA




Lukas 16:19-31

Menurut saudara, apakah sebabnya seorang kaya yang diceriterakan dalam Injil Lukas ini tidak masuk sorga, sedangkan Lazarus yang sangat menderita dan miskin mendapat tempat dalam kemuliaan Allah di sorga? Apakah si orang kaya ini masuk neraka, alasannya hanya karena dia kaya, dan Lazarus masuk sorga hanya karena dia miskin? Apakah "kaya" itu dianggap sesuatu yang duniawi, jahat, rendah dan kotor? Lalu "miskin"  itu dianggap sesuatu yang rohani, baik, suci dan mulia, sehingga dianggap sebagai syarat yang ideal untuk masuk sorga? Saudara, kita keliru besar bila memiliki pemikiran seperti itu. Sebab kekayaan menurut Alkitab juga merupakan berkat atau anugerah Tuhan, bukan pemberian setan! Sedangkan kemiskinan itu pun bukanlah sesuatu yang ideal atau syarat untuk masuk sorga.


Alkitab sendiri banyak berbicara tentang kekayaan dalam nada yang positif. Raja Daud misalnya, mengakui bahwa kekayaan itu juga adalah pemberian Tuhan: "Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu..." (I Taw.l 29:12). Dalam Mazmur 112:1, 3 berkata: "Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang suka kepada segala perintah-Nya. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya." Juga dalam Pengkhotbah 5:18 diikatakan: "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya - juga itupun karunia Allah."

Lalu mengenai kemiskinan? Alkitab sendiri tidak selalu berbicara dalam nada yang positif tentang kemiskinan! Amsal 13:18 sendiri berkata: "Kemiskinan dan cemoh menimpa orang yang mengabaikan didikan." Kemudian Amsal 28:19 berkata: "Siapa mengerjakan tanahnya akan kenyang dengan makaqnan, tetapi siapa yang mengejar barang yang sia-sia akan kenyang dengan kemiskinannya." Juga dalam Amsal 10:15b dikatakan: "...tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat ialah kemiskinannya."  Saudara, apabila kita memahami dari keterangan ayat-ayat Alkitab di atas, jelaslah bagi kita bahwa kemiskinan itu pun bukanlah menjadi jami8nan untuk masuk sorga dan kekayaan juga bukanlah menjadi alasan untuk masuk neraka. Atau dengan kata lain, tidak semua orang kaya harus masuk neraka dan tidak semua orang miskin otomatis menjadi penghuni kemuliaan sorga!

Saudara, lalu di mana letak kesalahan si orang kaya dalam nas ini sampai ia masuk ke neraka? Si orang kaya ini masuk neraka bukanlah hanya karena dia kaya, tetapi letak kesalahannya ialah karena ia mengubah fungsi kekayaan itu bukan sebagai alat, tetapi sebagai "tuhan" dan tujuan. Sehingga yang muncul adalah ketamakan. Dan ketamakan menurut Alkitab adalah akar segala kejahatan. Yang salah dari si orang kaya ini adalah, karena oleh kekayaannya ia semakin mengarah kepada dirinya, bukan kepada sesama. Ia menjuadi lupa diri atau takabur atas berkat yang diberikan Tuhan kepadanya.

Orang kaya dalam Injil Lukas ini masuk neraka memang bukan karena ia menipu atau merugikan orang lain, tetapi kekayaannya itu dianggapnya satu-satunya yang paling berharga. Bahkan lebih berharga dari keselamatannya sendiri. Itulah yang menjadikannya tidak rela perduli kepada Lazarus yang miskin tergeletak di depan pintu rumahnya, sementara ia bersukaria dalam kemewahannya tiap-tiap hari. Pada dasarnya Alkitab tidak pernah anti terhadap orang kaya, sebab Allah adalah Allah semua orang, baik bagi orang kaya maupun bagi orang miskin. Yang Allah anti adalah, orang-orang kaya yang tidak mau berbagi, kikir dan serakah! Apalagi bila sampai memeras dan menindas sesamanya yang miskin. Bila ini yang terjadi, maka Tuhan akan berdiri di pihak yang tertindas dan melawan si penindas! Yang Allah anti adalah, orang-orang kaya yang miskin akan keperdulian, kemurahan dan kasih.

Lalu mengenai kemiskinan? Apakah Lazarus masuk sorga alasannya hanya karena dia miskin? Saudara, Lazarus masuk dalam kerajaan sorga alasannya bukanlah hanya karena dia miskin, tetapi karena Allah mau menyatakan kasih-Nya yang besar. Kasih yang tidak terbatas oleh apapun. Kasih-Nya berlaku bagi siapapun dan orang yang bagaimana jua pun. Bahkan bagi orang-orang yang dianggap paling hina, paling sengsara dan tidak berdaya seperti Lazarus sekalipun. Tetapi ini bukanlah berarti Yesus mengagung-agungkan kemiskinan atau menjadikannya syarat yang ideal untuk masuk sorga. Menurut Alkitab, kemiskinan juga justru tidak ideal! Contohnya, seperti dalam perumpamaan "Anak Yang Hilang" (Lukas 15), yang kelaparan dan melarat, sampai mengisi perutnya dengan ampas makanan babi. Dalam situasi seperti itu, apa yang dapat diharapkan sebagai sumber daya manusia yang tangguh, berprestasi dan berkualitas?! Bila orangnya saja kekurangan gizi, sakit-sakitan, apa yang dapat diharapkan ibaratnya ia seorang olahragawan?

Bagaimana dapat berkarya semaksimal mungkin, sementara perut keroncongan? Kemiskinan sauadara, kadang-kadang justru membuat orang sulit untuk membuka diri terhadap sesama. Sebab bila kebutuhan sendiri saja sudah tidak terpenuhi, bagaimana mungkin dapat memikirkan kebutuhan orang lain? Andai kata bila untuk membeli makanannya saja sudah tidak ada uang, bagaimana mungkin dapat memberi persembahan? Orang miskin pun bisa kehilangan martabatnya bila ia diperbudak oleh kemiskinannya. Diperbudak oleh kemiskinan berarti, dipenjarakan oleh rasa rendah diri, merasa tidak berdaya dan putus asa. Lalu tidak lagi merasa mampu berbuat apa-apa. Tidak jarang, inilah juga alasan bagi orang miskin untuk menghindar dari tanggung jawab. Alasan untuk tidak dapat mengabdi, tidak taat dan tidak mampu berkorban. Kadang-kadang, kemiskinan juga dapat menciptakan peluang terhadap segala jenis kejahatan. Contohnya, seorang melarat yang sampai menjadi penjahat. Juga seorang penjahat yang disalibkan di sebelah kiri Yesus dan menjadi murtad (Lukas 23:29).

Sebenarnya dalam nas ini Yesus tidak berbicara soal kekayaan atau kemiskinan untuk menjadi syarat masuk sorga. Tetapi Yesus justru mengoreksi sikap orang-orang yang keliru tentang soal kekayaan dan kemiskinan. Artinya, salahlah kita apabila mengagung-agungkan orang secara berlebihan hanya karena dia kaya atau pun melecehkan dan menganggap rendah orang hanya karena dia miskin. Salah pulalah kita bila oleh kekayaan lalu mau berbuat seenaknya. Apalagi bila sampai menginjak-injak hak dan martabat orang. 

Lalu soal kemiskinan? Salah jugalah kita bila karena kemiskinan kita lalu putus asa, bahkan sampai menjual harga diri hanya demi sesuap nasi. Apalagi bila sampai merampok atau menipu orang. Alkitab tidak pernah melarang orang orang menjadi kaya, hanya kekayaan memang berbahaya dan selalu menggoda. Berbahaya, karena tidak jarang membuat orang menjadi lupa diri dan lupa Tuhan! Menggoda, karena tidak jarang membuat orang seolah-olah telah memiliki sorga yang sesungguhnya. Untuk itu, Yesus pun telah mengisyaratkan: "Dimana hartamu berada di situ juga hatimu berada."  (Luk.12:34). Namun Alkitab tidak pernah menganjurkan orang untuk menjadi miskin. Tetapi kemiskinan uga berbaya. Tidak jarang dapat membuat orang menjadi nekad dan tidak dapat perpikir panjang.

Saudara, orang kaya tidak selalu harus masuk neraka andakata ia memiliki sikap yang berbeda dari orang kaya yang ada dalam Injil Lukas ini. Lihat saja Lidia, seorang pengusaha besar, pedagang kain ungu dari Tiatira. Ia kaya, namun sangat berbakti kepada Tuhan. Tidak sedikit bantuan dan fasilitas yang ia sediakan untuk menunjang pelayanan Rasul Paulus. Lihat juga Zakeus, seorang milyuner dari kota Yerocho! Ia kaya, namun setelah pertobatannya ia penuh dengan keperdulian, kemurahan dan kasih. Bahkan separoh dari harta miliknya diperuntukkannya bagi pelayanan (Kis.16:13-15, 40; Lul.19:1-10). 
 
Dalam kehidupan bergereja juga tidak sedikit orang-orang kaya yang memiliki sikap seperti itu. Haruskah orang-orang kaya seperti ini sampai masuk neraka? Orang miskin pun tidak perlu sampai kehilangan jatah masuk sorga, andaikata kemiskinannya bukan menjadi alasan untuk tidak dapat taat, mengabdi, beriman, berbuat kebenaran dan kasih. Lihatlah warga jemaat di Smirna. Mereka sangat menderita dan miskin, namun mereka kaya dalam iman, kasih, ketekunan dan pelayanan (Why.2:8-11). Dalam kehidupan bergereja pun tidak sedikit orang-orang miskin yang memiliki jiwa pengabdian yang tinggi. Jangan heran bila orang miskin seperti ini kaadang-kadang lebih baik dalam bersyukur ketimbang sebahagian orang kaya. Contohnya seorang janda miskin dalam Alkitab.

Saudara, Persoalannya sekarang bukanlah soal kekayaan atau pun kemiskinan yang akhirnya menentukan. Melainkan bagaimana sikap kita menjalankan kehidupan, entak kita sebagai seorang kaya atau seorang yang miskin. Berbahagialah orang-orang kaya, mana sudah kaya, kaya pula di hadapan Allah. Dan berbahagialah juga orang-orang miskin, yang walaupun miskin tetapi kaya di hadapan Allah. Tetapi yang paling celaka adalah, orang yang mana sudah miskin, miskin pula di hadapan Allah. Miskin akan iman, miskin kasih, miskin pengabdian, miskin kebenaran, dan miskin akan ketaatan. Pokoknya, miskin dunia akhirat. Dan ini yang pasti tidak idel, tidak layak jadi penghuni sorga! AMIN. *(KU).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar