Jumat, 20 Juli 2012
YESUS SI PELEPAS DOSA MANUSIA (Renungan Iman GKE - Minggu, 22 Juli 2012)
Yohanes 7:53-8:11
Saudara-saudara, Mahatma Gandhi pada suatu saat pernah begitu tertarik pada sosok Yesus. Ia mengakui secara langsung bahwa dalam Yesus ia menemukan kedamaian dan kekuatan. Yesus, menurut Gandhi, adalah sosok yang tidak pernah mengajarkan untuk balas dendam melainkan cinta kasih. Hal ini sangatlah menginspirasi dirinya. Tapi sungguh disayangkan apa yang ia alami dalam hidupnya. Bentuk-bentuk perbedaan ras dan diskriminasi berulang kali ia alami. Ia pernah ditendang keluar dari kereta api karena menolak untuk dipindahkan ke kabin kelas tiga, kabin yang diperuntukkan secara khusus untuk kaum kulit berwarna. Ia juga mengalami langsung bagaimana ekspansi kekuasaan dari negara-negara barat ke Asia dan Afrika, yang ironisnya malah mengatasnamakan Tuhan sebagai dalih. Hal ini sungguh mengecewakannya, dan akibatnya Gandhi tidak pernah tercatat mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Nah, inilah dia, berulangkali manusia ,baik secara sadar atau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyelamatkan jiwa terbuang. Padahal sebaliknya dalam banyak kisah yang tercatat dalam Alkitab Tuhan menunjukkan bahwa Dia sanggup memakai siapapun dan tentunya mengaruniakan keselamatan. Saulus, sang pembantai orang Kristen yang kemudian menjadi rasul yang sangat berpengaruh. Daud masih sangat muda dan secara logika belum mengerti apa-apa ternyata bisa diubahkan Tuhan secara luar biasa. Matius tadinya adalah seorang pemungut cukai. Nuh dipakai pada usia lanjut. Dan begitu banyak lagi contoh bagaimana Tuhan menganugrahkan keselamatan kepada siapapun tanpa terkecuali.
Saudara-saudara, dalam nas kita hari ini, dikatakan ada seorang perempuan yang didapati berzinah. Menurut Hukum Taurat yang dipegang teguh oleh orang Yahudi saat itu, perempuan itu seharusnya dihukum mati dengan cara dilempari dengan batu. Namun para pemimpin agama pada saat itu sengaja membawa dia kehadapan Yesus untuk mencobai Yesus. Mereka berharap akan mendapati sesuatu kesalahan Yesus yang dapat mempermalukan atau menyalahkannya. Namun harapan para pemimpin agama agar Yesus menghukum perempuan itu tidak terjadi. Yesus hanya membungkuk, dan menulis-nulis dengan jarinya di tanah. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, apakah arti simbolik dari tindakan Yesus dengan “membungkuk dan menulis di tanah?" Saudaraku yang dikasihi Tuhan, ada tiga makna yang ingin disampaikan oleh Yesus lewat tindakan simboliknya tersebut, yaitu:
Pertama, Yesus mau menunjukkan bahwa manusia itu rapuh; dia dari debu tanah dan akan kembali kepada debu tanah juga. Dalam Kitab Kejadian kerapuhan manusia selalu dilukiskan dengan debu tanah, artinya manusia itu fana dan tidak sempurna. Kerapuhan manusia ini selalu menjadi akar manusia jatuh dalam dosa dan salah.
Kedua, Yesus mau menunjukkan bahwa karena manusia itu rapuh dan tidak sempurna, dia tidak mempunyai hak apa-apa untuk menghakimi sesamanya. Sikap menganggap diri lebih baik, lebih benar, lebih saleh, dll itu menjadi pemicu lahirnya kecenderungan selalu mempersalahkan orang lain dan tidak peduli pada kepentingan banyak orang.
Ketiga, dengan membungkuk dan menulis di tanah, Yesus mau menunjukkan bahwa dosa kesalahan manusia sebesar apa pun diampuni oleh Tuhan. Menulis sesuatu di tanah: gampang hapus dan lenyap, tidak bisa disimpan.
Saudara-saudara, dalam realitas sekarang ini banyak dari kita ketika menemukan kesalahan orang lain, sering memaksa untuk menghukum orang itu seakan-akan diri kita adalah orang yang tak pernah berbuat dosa. Kita sering lebih mudah menemukan kesalahan orang lain dari pada menemukan kesalahan diri kita sendiri. Ada pepatah "Buruk rupa cermin dibelah" yang mana ungkapan ini adalah peribahasa jaman dahulu namun tetap berlaku hingga ke masa kini dan mungkin di masa mendatang. Artinya, bahwa sebelum seseorang menyalahkan orang lain seharusnya melihat kepada diri sendiri. Apakah dia sudah benar atau masih banyak kesalahan. Itulah kenyataan yang terdapat dalam diri orang pada umumnya.
Saudaraku, kita harus meneladani Yesus. Lihat!!! Yesus mengasihi manusia yang berdosa, Yesus memang membenci dosa akan tetapi Yesus tidak pernah membenci manusianya, Yesus tetap menerima orang berdosa. Ada sebuah cerita: Ada seorang perampok yang membaca papan di gereja dan ada satu tulisan mandarin yang terhapus karena hujan, tulisan mandarin itu intinya adalah percaya Tuhan dapat kerbau. Ia berpikir bahwa ia dapat merampok kerbau banyak di gereja. Ia masuk ke gereja dan duduk di bangku belakang, di sana pendeta mengkotbahkan tentang dosa, perampok, pembunuh harus bertobat. Akhirnya ia menangis dan ia bertobat mau percaya Tuhan. Orang yang ada di gereja tidak dapat menerima perampok ini karena takut perampok ini akan merampok mereka lagi, tapi ia tidak peduli dan ia berubah 180 derajat dan hidupnya diubahkan Yesus, dan akhirnya ia bertobat dan menjadi Hamba Tuhan.
Saudara-saudara, saya mau katakan kepada kita saat ini; Yesus rindu untuk hadir dalam hidup kita, Ia siap untuk mengampuni kita yang mau bertobat, namun pertobatan yang sungguh-sungguh bukan hanya di mulut. Tapi pertobatan yang disertai dengan pembaharuan hidup. Seperti perempuan yang berzinah tersebut. Tuhan selalu memberikan pengampunan. Percayalah bahwa Tuhan Yesus selalu memberikan pengampunan dan memampukan kita untuk terus-menerus berubah. Akui kesalahan kita dan marilah kita belajar meninggalkan dosa. Meninggalkan kekelaman dan semakin dekat dan tinggal di dalam Tuhan Yesus. Penghakiman manusia hanya membawa kepada tekanan. Namun penghakiman Allah itu adil dan Dia selalu siap membela kita ketika kita datang dan mengakui kesalahan kita.
Akhirnya, jikalau pada saat ini, ketika ada orang berdosa di sekitar kita, apa reaksi kita? Menjauhinya, memakinya? Yesus berbeda, Yesus menghukum dosa tapi tidak pernah membenci manusia yang berdosa,. Matius 9:12 berkata ” Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit…” BERTOBATLAH!! "Sebab Yesus adalah pelepas hukuman atas dosa manusia".*
(BY: REV. AGUSTIMAN J.NAMANG, STH.)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar