Renungan GKE

Minggu, 22 Juli 2012

DIBUTUHKAN: SEORANG PEMIMPIN YANG BERKARAKTER



II Raja-Raja 23:1-18

Selagi kehidupan di panggung dunia ini masih berlangsung, persoalan pemimpin dan kepemimpinan tidak akan pernah selesai untuk diperbincangkan. Hal itu adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindarkan. Namun, yang menarik untuk didiskusikan dan masih menjadi persoalan besar hingga saat ini adalah  mengapa sangat besar kecenderungan orang untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin? Ya, banyak orang ingin jadi pemimpin, tapi apakah jiwa atau karakter sesungguhnya sebagai seorang pemimpin telah dimiliki?

Melalui nas ini kita melihat karakter Yosia yang memang layak untuk menjadi seorang pemimpin (raja) atas Israel. Walaupun memang jalan yang harus ditempuhnya itu tidaklah mudah, tetapi Yosia memang memiliki hati yang benar dan kuat sehingga ia dia diurapi dan dipilih oleh Tuhan untuk menjadi raja atas Israel. Karakter-karakter dan sifat-sifat Yosia yang dapat kita pelajari adalah hati yang teguh di dalam kebenaran. Kita dapat lihat bahwa di hati Yosia hanya ada kebenaran Tuhan dan prinsip-prinsip kehidupan yang adil. Hal ini Tuhan telah melihat bahwa Yosia memiliki sifat dan sikap hati seperti ini.  Salah satu karakter Yosia yang patut menjadi teladan bagi para pemimpin  adalah bagaimana ia lebih memperhatikan apa kata Tuhan , takut kehilangan Tuhan, membaharui kehidupan umat Allah untuk lebih takut kepada Allah. Ini prioritas utama dan penting! Apakah para pemimpin melakukan hal ini? Jika tidak, maka tidak heran soal moralitas-etis menjadi persoalan yang paling memprihatinkan.

Salah satu tanda pemimpin yang memiliki karakter adalah dia tidak menjadikan  posisinya sebagai berhala dalam  hidupnya. Untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang berkarakter diperlukan sebuah proses persiapan diri yang paling utama yaitu memiliki rasa takut akan Tuhan. Pemimpin yang lahir tanpa terlebih dahulu melalui sebuah proses persiapan  ini  biasanya akan mengalami kegagalan. Pada awalnya mungkin ia kelihatan berhasil di mata manusia tetapi pada akhirnya dia pasti akan mengalami kegagalan. Pemimpin yang tidak konsisten antara apa yang ia katakan dan yang ia lakukan akan kehilangan pengaruh terhadap pengikutnya. Akibatnya, ketidakpastian tersebut juga akan mempengaruhi kemampuannya untuk memimpin. (Andy Stanley, The Next Generation Leader, Hal: 130).Pemimpin adalah pelayan rakyat, bukan tuan bagi rakyat; juga bukan pelayan bagi pemilik modal, apalagi pelayan pihak asing. Namun tidak jarang realitanya menunjukkan sebaliknya. Banyak kepentingan dan kemaslahatan rakyat yang terabaikan atau sengaja diabaikan. Pelayanan dan pengurusan kepentingan rakyat sering hanya menjadi janji politik yang jauh dari realitanya; semata-mata untuk mempertahankan kekuasaan dan jabatan.

Karisma dapat membuat seseorang mencapai posisi tertentu tetapi karakterlah yang membuatnya bertahan pada tempat itu. Popularitas dapat diperoleh melalui karisma tetapi kebesaran datang melalui karakter yang kuat, yaitu rasa takut akan Tuhan. Hanya pemimpin yang demikianlah yang dapat mengktualisasikan karakter kepemimpinan yang diharapkan, yang mampu mengantarkan anak bangsa dari ketergantungan (dependency) menuju kemerdekaan ( independency ), selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit ke saling tergantungan (interdependency). Hal ini tentu saja memerlukan pembiasaan melalui contoh keteladanan perilaku seorang pemimpin yang didasari takut akan Tuhan sehingga mampu bergerak di eksekutif, yudikatif dan legislatif dalam taman sari demokrasi yang kondusif dan menjadi berkat. Ya, yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang “berkarakter” bukan yang “berkorupter”! AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar