I Korintus 10:1-13
Saudara, hidup
dan keselamatan yang kita peroleh hanyalah karena anugerah Allah.
Benar! Hanya persoalannya, bagaimana bentuk Injil yg dapat menjadi
standar kehidupan kita dan kekuatan kita untuk menjalani kehidupan
hingga akhirnya? Standar tentang apa? Standar yang bagaimana? Kekuatan
memang diperlukan. Manusia pun mencari berbagai bentuk kekuatan. Baik
kekuatan secara fisik, kekuatan secara material, kekuatan bisnis,
kekuatan magis, dst. Kekuatan memang diperlukan. Tetapi tidak semua
kekuatan itu tujuannya baik. Malah banyak juga kekuatan yang dapat
menjerumuskan! Apalagi kalau bukan kekuatan dunia yang menawan, yang
membuat manusia sewmakin jauh dari Allah? Itu jauh lebih mengerikan!
Kekuatan memang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan, sebab tanpa
kekuatan, orang sulit untuk bertahan dalam perjuangan hidup. Tetapi
kekuatan yang hanya sementara di dunia ini, apalah artinya? Lalu setelah
meninggalkan dunia yang fana ini, apakah kekuatan-kekuatan yang
disebutkan tadi dapat menjadi kekuatan yang menyelamatkan? Nah,
disinilah persoalannya! Berbeda dengan kekuatan Injil. Karena memang
kekuatan Injil (Ewanggelion) yang dimaksud di sini adalah kekuatan
(kabar gembira) bahwa pembenaran kita hanya karena Injil oleh Allah.
Pembenaran
itu mesti diterima dgn iman, pembenaran itu perlu diterima menjadi
bagian yang utuh dalam kehidupan, sebagai standar hidup kekristenan
kita. Karena itulah satu-satunya kekuatan yang dapat menyelamatkan
manusia untuk mendapatkan keselamatan. Bukan oleh kekuatan yang lain!
Dalam arti Injil, keselamatan itu bukanlah usaha manusia, tetapi
sebaliknya, karena anugerah Allah semata. Berita tentang Injil imemang
sudah sampai kepada kita. Tapi persoalannya, apakah hidup kita yang
menerimanya sudah sesuai dengan maksud Injil yang kita terima?
Saudara,
dalam hidup kekristenan kita, tidak jarang orang memiliki pemahaman yang
keliru tentang konsep keselamatan. Apabila sudah dibaptis, ya
seolah-olah otomatis memperoleh keselamatan. Bila ikut perjamuan kudus,
ya soal dosa bereslah sudah. Bila rajin ikut persekutuan doa, ya itulah
tandanya orang yang sudah lahir baru dan buah dari iman serta
pertobatannya. Pokoknya, bila yang rutinitas rohani itu sudah
dijalankan, ya cukuplah. Bereslah sudah. Lalu setelah menjalani
kehidupan nyata dalam sosial masyarakat sehari-hari? Nah...nah...nah...
Inilah yang mungkin jadi pertanyaan.
Saudara,
apakah hanya sesederhana itu soal keselamatan? Dan apa maknanya jika
Injil itu sebagai kekuatan? Ya, apalagi sebagai kekuatan Allah yang
menyelamatkan? Jika segampang dan sesederhana yang kita pahami tentang
arti keselamatan, tentu tidak perlu Injil itu disebut sebagai kekuatan.
Apalagi dikatakan sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan! Pemahaman
yang keliru tentang Injil keselamatan rupanya telah dianut juga oleh
jemaat di korintus. Karena itu Rasul Paulus memperingatkan mereka bahwa
anugerah keselamatan yang diberikan Allah mestinya harus menjadi dasar
kehidupan.
Dari
contoh kehidupan umat Israel dalam Perjanjian Lama (PL) disebutkannya
bahwa tidak semua umat Israel masuk ke tanah perjanjian. Rasul Paulus
hendak mengingatkan dan menegaskan bahwa hal yang demikian juga bisa
terjadi dalam kehidupan jemaat Korintus bila mereka tdk menjaga
kekudusan hidup mereka. Karena itu janganlah menganggap remeh arti
mahalnya anugerah keselamatan dari Allah yang memberikanNya bagi mereka.
Karena itu pula, tidak sepantasnya mereka hidup sama seperti
orang-orang dunia dalam lingkungan mereka yang penuh dengan pesta pora,
penyembah berhala, penuh tipu daya, kemesuman, bersungut-sungut, dan
hanya mengejar kesenangan sebagai sesuatu “kekuatan” di dunia ini
semata!
Lalu
bagaimana kita memahami bila Injil itu adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan kita? Menjadi standar hidup kekristenan kita? Singkatnya
begini. Kita tidak akan pernah menukarkan anugerah keselamatan yang
Allah berikan kepada kita hanya karena berbagai alasan yang
kekanak-kanakan. Karena harga keselamatan yang kita miliki tidaklah
murah, maka kita sanggup menghadapi berbagai pencobaan hidup ini dengan
ikhlas, tanpa bersungut-sungut! Apalagi jika sampai menukar iman kita
dengan sejumput kenikmatan dunia yang sementara ini. Karena hidup ini
juga adalah anugerah, maka apa pun keadaan kita di dunia ini, tetaplah
kita setia dalam menjalankan berbagai aktivitas dan karya-karya kita,
sampai akhirnya kita benar-benar kuat hingga berada bersama dengan Tuhan
yang memberikan sukacita yang sesungguhnya. Amin. *(KU).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar