Yehezkiel 26:1-21
Pada hakikatnya, ada tiga perkara pada umumnya yang menjatuhkan manusia, yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri alias "sombong". Kesombongan... saudara, adalah salah satu penyakit qalbu yang paling mematikan. Penyakit ini membuat seseorang terlempar jauh dari hakikatnya sebagai manusia yang sesungguhnya. Blaise Pascal dalam salah satu ungkapannya pernah berkata bahwa salah satu sifat manusia adalah: “orang berdosa yang merasa dirinya benar.” Kesombongan tidak lain merupakan ‘pendewaan terhadap diri sendiri’, di mana seseorang menganggap dirinya lebih tinggi daripada yang sepatutnya.
Berbicara tentang kadar
kesombongan, ada satu bentuknya yang terkadang sering dilakukan, walau
tanpa disadari, yaitu meremehkan orang lain. Tanpa sadar kita menganggap
orang lain masih kalah hebat dari kita dan menganggapnya tidak mungkin
bisa menyaingi atau menandingi kita, baik itu dalam segi ilmu,
kepemilikan harta benda, rupa fisik, keterampilan dan lain-lain.
Meremehkan orang lain, merupakan bentuk kesombongan yang sering kita
temui dalam kehidupan sehari-hari. Walau terkadang cara operasinya
terkadang kurang terlalu kentara. Bisa jadi, tanpa suara istilahnya. Ya,
terkadang bisikan-bisikan setan mempengaruhi agar kita meremehkan orang
lain dan merasa diri ‘lebih segala-galanya’. Lebih dari orang lain
tentu saja!
Terhadap dosa kesombongan,
Alkitab mencatat betapa tegas dan keras tindakan yang Allah lakukan
untuk menentang dosa tersebut. Akibat yang dialami pelakunya benar-benar
mendatangkan kehancuran. Allah menentang orang yang sombong dan Allah
pasti akan menghukumnya. Penyakit semacam ini saudara, juga menghinggapi
bangsa Tirus seperti yang dicatat dalam nas ini. Lihatlah akibatnya!
Apa bentuk kesombongan mereka hingga mereka dimurkai oleh Tuhan? Ini
saudara! Tirus bersukacita atas kejatuhan Yerusalem karena percaya bahwa
mereka akan memperoleh keuntungan keuangan karena Yehuda selaku saingan
kini sudah tidak ada. Tirus adalah bangsa yang kuat dalam kelautan dan
perniagaan. Ia menjadi panutan bangsa-bangsa pesisir dan ditakuti oleh
bangsa-bangsa lain. Keinginan Tirus akan kekayaan tanpa memikirkan
penderitaan yang diakibatkan olehnya pada orang lain mendatangkan
hukuman Allah (bdk. Yes. 23:1-18).
Dalam kesombongannya Tirus
melihat kehancuran umat Tuhan dengan rasa syukur. Mereka malah sesumbar
untuk menjadikan Yerusalem jarahan mereka (ayat 2). Mereka menjadi
serakah! Justru keserakahan Tirus menjadi bumerang buat mereka (ayat 5).
Tuhan melakukan pembalasan. Tidak satupun dari yang mereka megahkan
akan tinggal tegak, semua akan dihancurkan dan dijarah bangsa lain.
Semua ini terjadi agar mereka tahu bahwa Tuhan, Allah orang Israel,
adalah Allah yang menjaga umat-Nya. Dan bayangkan saudara, akibat
hukuman dosa kesombongan yang mereka terima, satu kota yang megah, kuat,
dan kaya (ayat 12; bdk. Zak. 9:3) serta tersohor akan menjadi
reruntuhan, bagai kota mati. Bahkan kota itu akan tidak lagi dikenal
orang karena ditelan oleh daratan bumi. Saudara, ketika manusia
dihinggapi oleh sifat kesombongan, maka biasanya ia tidak lagi akan
bergantung sepenuhnya kepada Allah. Bahkan tidak jarang, Allah pun
diremehkannya. Dianggapnya tidak ada sama sekali. Kesombongan membuat
seseorang merasa dirinya seolah-olah ‘bebas’ dari Allah, ‘merendahkan’
Allah, karena disadari atau tidak, menganggap diri mampu menyamai Allah.
1. Akibat dari Kesombongan
Ada
begitu banyak orang di dunia ini, yang mengalami kegagalan, kehancuran,
akibat dari kesombongan itu sendiri. Merasa yang paling hebat, paling
pintar, paling cerdas, paling kaya, paling kuat, tidak terkalahkan, atau
apapun, yang pada akhirnya membuat dia berhenti berproses, tanpa
disadari. Sedangkan kehidupan itu sendiri sangat dinamis, ada kalanya
kita diatas, dan ada kalanya pula kita berada dibawah. Dan ketika kita
berada diatas, seolah kita adalah rajanya, penguasanya, sehingga bisa
dengan mudah mentertawakan orang lain, merendahkan orang lain, menghina,
dan dengan segala keburukan lainnya. Akan tetapi ketika kita memasuki
aliran kebawah, maka kita akan mengeluh, merasa yang paling susah,
mengemis bantuan kepada orang lain, menyesal, atau bahkan hancur
berkeping-keping. Kesombongan membuat manusia angkuh dan serakah. Tidak
jarang diikuti sikap ketakaburan. Ingin menguasai segalanya. Ingin
menaklukkan segalanya dengan cara apa saja. Lihatlah contohnya, Adolf
Hitler dengan ambisinya dan keangkuhannya yang membuat dia mendapatkan
kehancuran total.
2. Cara Menjauhi Dosa Kesombongan
Saudara,
kita telah melihat betapa Allah sangat membenci kesombongan serta
akibat yang diterima oleh para pelakunya. Ketika kita menyadari siapa
diri kita sebenarnya di hadapan Tuhan, apakah mungkin masih ada hal yang
dapat kita banggakan bahkan sombongkan? Sebagai umat Tuhan kita perlu
memerangi dan menjauhi dosa kesombongan ini. Bagaimana caranya?
Bagaimana cara kita memerangi dan menjauhi dosa kesombongan? Saudara,
hal penting yang harus kita lakukan adalah dengan mengenakan sifat
kerendahan hati (Ef. 4:2; Kol. 3:12). Kita dapat menjadi seorang yang
rendah hati apabila kita dapat mengenal diri kita sendiri. Seorang
bernama Bernard berkata: “Sifat rendah hati itu adalah sifat yang
membuat manusia sadar akan ketidaklayakannya, sebagai akibat dari
pengenalan yang paling dalam akan dirinya sendiri.” Ya Tuhan, ampunilah
dosa kesombongan kami, entah yang kami sadari maupun yang tidak kami
sadari... AMIN. *(KU).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar