Renungan GKE

Jumat, 20 Juli 2012

DOSA KESOMBONGAN


 Yehezkiel 26:1-21

Pada hakikatnya, ada tiga perkara pada umumnya yang menjatuhkan manusia, yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri alias "sombong". Kesombongan... saudara, adalah salah satu penyakit qalbu yang paling mematikan. Penyakit ini membuat seseorang terlempar jauh dari hakikatnya sebagai manusia yang sesungguhnya. Blaise Pascal dalam salah satu ungkapannya pernah berkata bahwa salah satu sifat manusia adalah: “orang berdosa yang merasa dirinya benar.” Kesombongan tidak lain merupakan ‘pendewaan terhadap diri sendiri’, di mana seseorang menganggap dirinya lebih tinggi daripada yang sepatutnya.

Berbicara tentang kadar kesombongan, ada satu bentuknya yang terkadang sering dilakukan, walau tanpa disadari, yaitu meremehkan orang lain. Tanpa sadar kita menganggap orang lain masih kalah hebat dari kita dan menganggapnya tidak mungkin bisa menyaingi atau menandingi kita, baik itu dalam segi ilmu, kepemilikan harta benda, rupa fisik, keterampilan dan lain-lain. Meremehkan orang lain, merupakan bentuk kesombongan yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Walau terkadang cara operasinya terkadang kurang terlalu kentara. Bisa jadi, tanpa suara istilahnya. Ya, terkadang bisikan-bisikan setan mempengaruhi agar kita meremehkan orang lain dan merasa diri ‘lebih segala-galanya’. Lebih dari orang lain tentu saja!

Terhadap dosa kesombongan, Alkitab mencatat betapa tegas dan keras tindakan yang Allah lakukan untuk menentang dosa tersebut. Akibat yang dialami pelakunya benar-benar mendatangkan kehancuran. Allah menentang orang yang sombong dan Allah pasti akan menghukumnya. Penyakit semacam ini saudara, juga menghinggapi bangsa Tirus seperti yang dicatat dalam nas ini. Lihatlah akibatnya! Apa bentuk kesombongan mereka hingga mereka dimurkai oleh Tuhan? Ini saudara! Tirus bersukacita atas kejatuhan Yerusalem karena percaya bahwa mereka akan memperoleh keuntungan keuangan karena Yehuda selaku saingan kini sudah tidak ada. Tirus adalah bangsa yang kuat dalam kelautan dan perniagaan. Ia menjadi panutan bangsa-bangsa pesisir dan ditakuti oleh bangsa-bangsa lain. Keinginan Tirus akan kekayaan tanpa memikirkan penderitaan yang diakibatkan olehnya pada orang lain mendatangkan hukuman Allah (bdk. Yes. 23:1-18).

Dalam kesombongannya Tirus melihat kehancuran umat Tuhan dengan rasa syukur. Mereka malah sesumbar untuk menjadikan Yerusalem jarahan mereka (ayat 2). Mereka menjadi serakah! Justru keserakahan Tirus menjadi bumerang buat mereka (ayat 5). Tuhan melakukan pembalasan. Tidak satupun dari yang mereka megahkan akan tinggal tegak, semua akan dihancurkan dan dijarah bangsa lain. Semua ini terjadi agar mereka tahu bahwa Tuhan, Allah orang Israel, adalah Allah yang menjaga umat-Nya. Dan bayangkan saudara, akibat hukuman dosa kesombongan yang mereka terima, satu kota yang megah, kuat, dan kaya (ayat 12; bdk. Zak. 9:3) serta tersohor akan menjadi reruntuhan, bagai kota mati. Bahkan kota itu akan tidak lagi dikenal orang karena ditelan oleh daratan bumi. Saudara, ketika manusia dihinggapi oleh sifat kesombongan, maka biasanya ia tidak lagi akan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Bahkan tidak jarang, Allah pun diremehkannya. Dianggapnya tidak ada sama sekali. Kesombongan membuat seseorang merasa dirinya seolah-olah ‘bebas’ dari Allah, ‘merendahkan’ Allah, karena disadari atau tidak, menganggap diri mampu menyamai Allah.

1. Akibat dari Kesombongan

Ada begitu banyak orang di dunia ini, yang mengalami kegagalan, kehancuran, akibat dari kesombongan itu sendiri. Merasa yang paling hebat, paling pintar, paling cerdas, paling kaya, paling kuat, tidak terkalahkan, atau apapun, yang pada akhirnya membuat dia berhenti berproses, tanpa disadari. Sedangkan kehidupan itu sendiri sangat dinamis, ada kalanya kita diatas, dan ada kalanya pula kita berada dibawah. Dan ketika kita berada diatas, seolah kita adalah rajanya, penguasanya, sehingga bisa dengan mudah mentertawakan orang lain, merendahkan orang lain, menghina, dan dengan segala keburukan lainnya. Akan tetapi ketika kita memasuki aliran kebawah, maka kita akan mengeluh, merasa yang paling susah, mengemis bantuan kepada orang lain, menyesal, atau bahkan hancur berkeping-keping. Kesombongan membuat manusia angkuh dan serakah. Tidak jarang diikuti sikap ketakaburan. Ingin menguasai segalanya. Ingin menaklukkan segalanya dengan cara apa saja. Lihatlah contohnya, Adolf Hitler dengan ambisinya dan keangkuhannya yang membuat dia mendapatkan kehancuran total.

2. Cara Menjauhi Dosa Kesombongan

Saudara, kita telah melihat betapa Allah sangat membenci kesombongan serta akibat yang diterima oleh para pelakunya. Ketika kita menyadari siapa diri kita sebenarnya di hadapan Tuhan, apakah mungkin masih ada hal yang dapat kita banggakan bahkan sombongkan? Sebagai umat Tuhan kita perlu memerangi dan menjauhi dosa kesombongan ini. Bagaimana caranya? Bagaimana cara kita memerangi dan menjauhi dosa kesombongan? Saudara, hal penting yang harus kita lakukan adalah dengan mengenakan sifat kerendahan hati (Ef. 4:2; Kol. 3:12). Kita dapat menjadi seorang yang rendah hati apabila kita dapat mengenal diri kita sendiri. Seorang bernama Bernard berkata: “Sifat rendah hati itu adalah sifat yang membuat manusia sadar akan ketidaklayakannya, sebagai akibat dari pengenalan yang paling dalam akan dirinya sendiri.” Ya Tuhan, ampunilah dosa kesombongan kami, entah yang kami sadari maupun yang tidak kami sadari... AMIN. *(KU).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar