Yohanes 7:53-8:11
.
Pertanyaan mereka memang sulit
dijawab. Mereka pasti yakin bahwa mereka dapat menjatuhkan Tuhan Yesus. Jika Ia
menjawab bahwa perempuan itu harus dihukum mati, mereka dapat membawah Dia ke
pemerintah penjajah, karena Roma tidak memperbolehkan orang Yahudi melaksanakan
hukuman mati, menurut pasal 18:31. Sebaliknya jika Dia berkata bahwa perempuan
itu harus dilepaskan, tampaknya Ia melanggar hukum Taurat, sehingga nama-Nya
dapat dijelekkan di depan orang banyak
Entah apa yang yang mereka rasa, mereka pergi satu-persatu.
Pernyataan Yesus bagai petir menyambar di siang kerontang! Oh, saudara.
Ada
beberapa hal penting yang dapat kita gumuli atau renungkan bersama dari nas
ini, dalam kaitannya dengan keberadaan kita sebagai orang percaya, yaitu:
Pertama,
kecenderungan kita sebagai manusia, selalu memperhatikan atau mencari-cari atau
membicarakan kesalahan orang lain. Tanpa sadar, seringkali kita hanya melihat
kesalahan orang lain, tanpa menyadari kesalahan diri sendiri. Hal tersebut
terjadi karena keengganan kita untuk melihat den membicarakan kesalahan diri
sendiri. Tidak ada seorang pun yang berhak mengajukan kritik terhadap orang
lain, kecuali kalau ia sendiri bersedia melakukan secara lebih baik hal yang
dikritiknya itu.
Kedua,
mengapa kita tidak boleh menilai atau menghakimi orang lain dengan semena-mena?
Ya, karena kita tidak pernah mengetahui seluruh kenyataan dari pribadi orang
lain seutuhnya. Bisa saja penilaian kita keliru. Hampir tidak ada kemungkinan
bagi siapa pun untuk mengadakan penilaian atau penghakiman secara jujur dan
obyektif. Selalu ada faktor lain yang mempengaruhinya. Paling tidak keakuan
kita. Tidak ada orang yang pantas untuk menilai atau menghakimi orang lain.
Karena kecenderungannya hanya melihat kesalahan orang lain, sementara kesalahan
dirinya sendiri tidak dilihatnya.
Ketiga,
Tuhan tidak menempatkan kita sebagai hakim di atas kursiNya, yang selalu
mencari atau menilai kesalahan orang lain, juga tidak menempatkan kita dalam
dunia ini, supaya memainkan peranan sebagai pencerca. Tuhan menempatkan kita
dalam dunia ini supaya kita sendiri hidup dan bekerja sebagai anak-anakNya.
Sebab penghakiman atas yang hidup atau pun yang mati, itu ada dalam tanganNya.
Sebab penghakiman dan penilaianNya sungguh-sungguh adil dan benar (obyektif).
Sebaliknya penghakiman manusia cenderung subyektif, bahkan tidak jarang karena
ada kepentingan di dalamnya.
Maksud
Tuhan Yesus dalam nas ini, bukanlah supaya kita menolak tiap-tiap penghakiman
manusiawi. Sebab kita ini adalah manusia, maka adalah hakekat kitalah juga
untuk menyusun suatu penghakiman, dalam arti membuat suatu kesimpulan atau
pandangan tentang sesuatu. Oleh karena Tuhan Yesus juga telah mengajarkan
firman Tuhan kepada kita, sehingga kita untuk dapat membedakan yang baik dari
yang jahat, kebenaran dari kebohongan, moral dari yang amoral atau kesusilaan
dari ketidaksusilaan.
Sikap Yesus ini menunjukkan tujuan-Nya dalam menebus
umat manusia . Dia tidak
menghukum wanita tersebut sebagai orang yang tidak layak diampuni, tetapi
menghadapinya dengan lembut dan kesabaran supaya menuntunnya kepada pertobatan.
Bagi dia keselamatan akan tersedia jikalau meninggalkan "kehidupan
berdosa", yaitu tinggalkan perzinaan dan kembali kepada suaminya (bd. Luk. 7:47). Yesus sama sekali ti tidak
meremehkan dosa perempuan itu, melainkan Ia memberikan kesempatan kedua kepada
perempuan itu untuk bertobat memulai hidup yang dibaharui.
Oh, orang-orang beragama yang
tidak kalah membuat muak! Setiap perkumpulan umpama,
termasuk di dalamnya gereja selalu penuh dengan orang yang selalu mengkritik
dan mencari kesalahan orang lain. Lihat saja, misalnya pada waktu rapat atau
pertemuan. Ada banyak orang yang interupsi untuk menyanggah atau mengkritik.
Namun ia sendiri tidak bersedia duduk dalam kepengurusan untuk melakukan
tanggungjawab atau memperbaiki hal-hal yang dikritiknya. Memang dalam dunia ini
penuh dengan orang-orang yang hanya mengajukan haknya untuk mengkritik, tetapi
melarikan diri kalau diminta untuk turut dalam tindakan perbaikan. Oh, buanglah
jauh-jauh sikap kemunafikan beragama semacam itu.
Hal
yang sangat ditentang oleh Tuhan Yesus dalam konteks nas ini, adalah: karena
para ahli Taurat dan orang-orang Farisi memaklumkan kepada khalayak ramai bahwa
merekalah yang menduduki kursi Musa sebagai hakim. Dengan sombong mereka
memperlihatkan sikap bahwa mereka berhak bertindak sebagai hakim ilahi.
Terlebih lagi, hukuman yang mereka lakukan sangat keras, kejam, tidak kenal
belas kasihan, den sepi akan kasih. Mereka menghamburkan kutukan-kutukan ke
sekelilingnya. Mereka mengutuki orang-orang yang dianggap melanggar Taurat. Namun
jika dicermati, maka yang sesungguhnya, akar dari pada penghakiman yang mereka
lakukan hanyalah kesombongan. Sebab penghakiman yang mereka lakukan hanyalah
nafsu upaya untuk mencari-cari kesalahan orang lain, sementara kesalahannya
sendiri sangatlah besar dan tidak dipedulikan.
Namun
jika dicermati, maka yang sesungguhnya, akar dari pada penghakiman yang mereka
lakukan hanyalah kesombongan. Tidak sedikit jumlah putusan pengucilan yang
mereka keluarkan, bagi mereka yang tidak tahu atau tidak mentaati Taurat. Penghakiman
yang mereka lakukan hanyalah nafsu upaya untuk mencari-cari kesalahan orang
lain, sementara kesalahannya sendiri sangatlah besar dan tidak dipedulikan. Buanglah
jauh-jauh sikap beragama semacam ini. Belajarlah dengan sikap Yesus. Ya, cara
kita beragama yang pas. Hati yang luka dan jiwa yang menagis dibuat-Nya lega!
AMIN *(KU).
mantap Pa Kris baelang ka Blog ulun www.hadi-saputra-miter.blogspot.com
BalasHapusHadi apa kbr? Trms telah mampir di blok ini. Semoga sukses slalu. Tuhan memberkati.
BalasHapus