Renungan GKE

Minggu, 22 Juli 2012

KETIKA MANUSIA MEMBELAKANGI ALLAH


Yehezkiel 23:22-35

Allah dengan begitu gamblang dan transparan memaparkan dosa-dosa Israel, untuk menunjukkan betapa jijiknya perselingkuhan yang mereka perbuat. Namun hal ini bukan berarti Allah hanya terusik oleh dosa umat-Nya saja, melainkan sebagai sinyal Allah yang menginginkan umat-Nya merasa malu, menyesal, lalu bertobat. Amat disayangkan karena berulangkali respons dari umat Tuhan ketika menerima teguran-Nya adalah justru semakin mengingkari-Nya, sehingga tangan Allah harus menurunkan hukuman keras yang tidak terhindarkan.

Tidak heran hukuman yang Allah jatuhkan kepada Yehuda sangat keras. Tuhan menyerahkan umat-Nya ini ke tangan para teman selingkuhannya tersebut. Perikop ini terbagi menjadi dua khotbah: 22-27 dan 28-35. Masing-masing dimulai dengan "(oleh) sebab ... beginilah firman Tuhan ..."  Di dalam kedua khotbah ini, Tuhan menghukum Yehuda dengan menjadikannya bulan-bulanan para musuhnya. Dulu Yehuda sepertinya memanfaatkan mereka untuk kepentingan sendiri, kini mereka balik memanfaatkan dan memerah habis-habisan Yehuda untuk kepentingan mereka sendiri.

Mengapa hukuman dosa begitu keras? Agar si pendosa menyadari sungguh-sungguh sifat dosa yang sangat merusak dan yang sangat menyakiti hati Allah. Siapakah yang tidak sakit hati ketika pasangannya mengkhianati cinta sejati? Kedegilan hati si pendosa hanya bisa disadarkan kalau ia sendiri telah mengalami dikhianati, diperlakukan semena-mena. Syukur kepada Kristus, Dia telah menanggung hukuman pengkhianatan kita kepada Allah melalui kayu salib-Nya. Bagi kita, ada pengharapan untuk diampuni dan dipulihkan!

Apa hukuman paling pantas terhadap dosa pengkhianatan? Membiarkan akibat pengkhianatan itu menimpa diri si pelaku? Berarti semakin berat seseorang berkanjang dalam dosa, semakin mengerikan pula hukuman yang akan dia peroleh. Itulah keadilan Tuhan, yang tidak bisa kompromi dengan dosa. Itu pulalah yang Tuhan lakukan terhadap Yehuda. Oleh karena Allah Maha Adil, maka Israel harus dihukum. Hanya oleh karena kesabaran Allah yang besar saja, maka Dia masih dapat mentolerir bangsa yang sudah bobrok itu sekian lamanya, tetapi Yehezkiel membawa pesan bahwa kesabaran Allah terhadap bangsa Israel akhirnya tiba pada batas-Nya.

Oleh karena Israel melupakan dan membelakangi Tuhan, sekarang mereka sendiri yang harus menanggung akibat persundalan dan kemesumannya. Penghakiman Allah tidak dapat dihapuskan (ayat 12:22, 27); penghakiman-Nya tidak dapat dihindari. Sabda-Nya: "Aku tidak akan merasa sayang kepadamu dan tidak akan kenal belas kasihan, tetapi Aku akan membalaskan kepadamu selaras dengan tingkah lakumu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN". (ayat 7:4-27; 22:14). Waktu penghakiman tidak dapat diulur lagi (ayat 9:10; 24:14).

Ada dampak-dampak dosa yang dapat kita lihat dari pernyataan Allah, "Aku akan dan Aku akan..." Namun untuk apakah hukuman itu? Jawabnya ada di ayat 49, yakni agar umat kembali kepada ikatan perjanjian-Nya, dengan mengakui bahwa Tuhan adalah Allah mereka. Karena itu, kita sebagai orang percaya tidak boleh sekali-kali meninggalkan Tuhan; kita malah harus menunjukkan kasih dan syukur kepada Dia yang telah menebus kita oleh kematian Anak-Nya, Yesus Kristus.

Renungkan: Berani berbuat, berani menanggung risiko. Seharusnya setiap Kristen menganut motto ini di dalam hidupnya. Setiap perbuatan pasti membuahkan hasil yang mewajibkan setiap diri kita untuk memetiknya. Oleh karena itu, sebelum berbuat sesuatu, pikirkanlah terlebih dahulu apa akibatnya. Dosa bukan sekadar pelanggaran tapi pengingkaran terhadap janji setia-Nya.* AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar